Perlu waktu beberapa hari untuk proses komunikasi segitiga, proses tawar-menawar ide, hingga saling memberi semangat untuk segera menuliskan paragraf berikutnya sebelum batas waktu berakhir. Hasilnya lumayan, juara ketiga.
Adapun jumlah postingan yang saya lakukan untuk 10 bab dalam novel itu sebanyak 35 kali. Untuk fokus ternyata juga tidak mudah. Sebab di tengah menulis novel itu saya tergoda untuk menulis hal lain, beberapa cerpen, opini dan puisi. Soal kesalahan dan kekurangan selama menulis tentu banyak sekali, satu yang sangat menonjol ya soal typo alias salah ketik.
Pada waktu menulis saya menempatkan diri sebagai seorang pengarang yang terus merek-reka cerita menggunakan sepuluh jari tangan di atas keyboard laptop.Â
Namun jari-jemari itu seringkali slip, hilang kontrol, bahkan kurang hati-hati pada turunan maupun tanjakan, sehingga sedemikian. Menjadikannya terpelanting bahkan terjerembab. Sementara kejaran waktu terus-menerus merangsek. Jadi apa boleh buat. . . .Â
Dengan demikian saya lepaskan peran sebagai editor dan penyunting, karena bila peran itu harus dijalani juga perlu waktu yang lebih lama. Maka kemudian hasil itulah yang tampak mata, dan tidak mungkin saya pungkiri. Hasilnya masih dibawah garis kemiskinan dalam hal kreasi dan bobot. Karenanya saya mohon maaf, terlebih kepada para pembaca novel tersebut yang mengusung konsep ‘berani posting berarti sempurna’.Â
Penutup
Seperti ungkapan umum dalam ujian tertulis : ‘selesai tidak selesai dikumpulkan’, maka demikian pula ketika jatah waktu berakhir. Saya menuliskan bagian tammat itu dalam satu jam hingga jelang tengah malam pada detik-detik bergantian  hari.
Dan ini saja catatan kecil saya terhadap pengalaman menulis novel dari Tantangan 100 Hari Menulis Novel yang diselenggarakan Fiksiana Community. Terima kasih kepada Kompasiana dan para pembaca novel sedeerhana tersebut.Â
Mudah-mudahan pembelajaran apapun dari sana dapat saya (dan para penulis novel pemula yang lain) manfaatkan untuk menulis novel kedua, ketiga, dan seterusnya dengan lebih lancar, lebih berbobot, lebih antusias, dan sukses.
Salam kreatif dan produktif menulis. Salam hangat. Selamat menjalani shaum bagi teman-teman muslim/muslimah. Selamat menikmati gaji ke 13 kepada para PNS dan pensiunan seperti saya. Selamat mempersiapkan perayaan Lebaran dan mudiknya. Salam sehat dan  sejahtera untuk semua. Wassalam.
Bandung, 24 – 27 Juni 2016