Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta yang Menua

17 Juni 2016   00:33 Diperbarui: 17 Juni 2017   12:25 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: abimurti.wordpress.com

“Masih. Tapi sekarang sedang ada pekerjaan lain. Mungkin keserakahan saya pada pekerjaan yang membawa saya harus terlibat urusan. Ini salah-salah jadi urusan polisi juga. . . . . !”

“Bagaimana bisa begitu?” desak Bang Robby penasaran.

“Lain kali saja saya ceritakan selengkapnya. Saya harus segera pergi, Bang, mohon maaf. . . . .!”

“Tunggu dulu sebentar,” ucap Bang Robby setengah berbisik. “Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu maka aku memaksakan diri ke sini. Ini rahasia diantara kita, jadi mendekatlah. . . . .!”

Arjo menggeser kursinya hingga begitu dekat dengan tamunya. Bang Robby menempelkan bibirnya ke daun telinga Arjo.  “Baru kusadari sekarang ternyata Tante Martje sangat mengidolakanmu. Seperti pada artis sinetron saja. Hampir tiap hari tidak ada waktu luangnya selain membicarakanmu. . . . !” Ia melepas kacamatanya, lalu mengenakan kembali setelah mengusap sudut mata yang berair.

“Ya, saya sungguh minta maaf. Waktu itu saya punya utang kontrakan dua bulan, dan lama belum bisa bayar. Mungkin itu alasannya.”

“Ini bukan soal kontrakan atau utang. Dalam pikiranku, perempuan yang sudah belasan tahun jadi isteriku itu jatuh cinta padamu!” ujar Bang Robby masih dengan berbisik.

“Hahh? Nggak salah, Bang?” Arjo terjingkat karena kaget. Arjo terpekur sambil berpikir keras bagaimana mungkin perempuan itu membicarakannya di depan suami yang jelas-jelas sedang menderita penyakit gawat itu.

“Huss! Jangan berteriak begitu. Pelan saja ngomongnya. Kebetulan Tante Martje sedang ke warung, ini kesempatanku ngobrol soal rahasianya.. . . . .!”

“Ya ya, terus saya harus bagaimana ini? Saya minta jangan menyalahkan saya lho, Bang. Sebagai tetangga sekaligus orang kontrakan, sikap saya selama ini rasanya wajar-wajar saja ‘kan?” ucapArjo coba berdalih bahwa bukan dia yang memulai memasang jerat.

“Tidak. Aku tidak menyalahkanmu. Aku justru mau minta tolong padamu, itupun jika kamu mau!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun