Hujan mengguyur, namun tidak menyurutkan semangat lebih dari 40 diaspora Indonesia melakukan pembersihan makam leluhur. Ya, leluhur mereka adalah orang Jawa yang pernah dipekerjakan sebagai kuli kontrak di tambang nikel di Goro, Yate, Provinsi Selatan New Caledonia. Letak makam leluhur orang Jawa ini sekitar 100 Km arah tenggara dari Ibu Kota Noumea, yang ditempuh selama dua jam perjalanan melewati hutan dan pegunungan.
Tradisi, Sejarah
Salah satu peziarah, Marie-Jo Siban (Ketua Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya di New Caledonia dari 1984 hingga 1998) tidak dapat menyembunyikan keharuannya saat mengunjungi rumah ketua adat. “Saya dulu lahir tahun 1940 di rumah ini, meskipun dahulu masih berupa bedeng,” ucapnya kepada Konjen RI Noumea, Widyarka Ryananta. Ayah dan ibunya merupakan penumpang kapal kuli kontrak yang dibawa ke New Caledonia tahun 1938. Ayahnya, Kromo Taruno berasal dari Kebumen, Jawa Tengah, sedangkan ibunya Liyem Kromo Pawiro dari Gunung Kidul, DIY.
Menjelang peringatan 100 tahun kedatangan orang Jawa di New Caledonia tahun 1996, Marie-Jo Siban yang saat itu menjadi ketua PMIK, berupaya menghidupkan kembali tradisi nyadran kepada seluruh diaspora Indonesia. Tradisi ini juga dimaksudkan untuk mengirim doa sebagai wujud bakti terhadap leluhur mereka.
Ramadhan, Lintas Agama
Kegiatan nyadran ini dilakukan satu hari menjelang puasa Ramadhan dimulai. Pesertanya mulai dari remaja sampai orang tua yang mewakili berbagai asosiasi komunitas Indonesia di Noumea dan Paita serta KJRI Noumea. Di sana merekat selain membersihkan ilalang dan semak belukar, juga memasang prasasti untuk menandai keberadaan makam para leluhur.
Nyadran merupakan warisan leluhur agar keturunan Indonesia di New Caledonia terus ingat untuk mengucap syukur kepada Tuhan dan mendoakan para pendahulu. Kemakmuran yang diperoleh oleh diaspora Indonesia saat ini, tidak bisa dilepaskan dari jerih payah orang Jawa yang mengadu nasib di wilayah seberang lautan Prancis di Pasifik Selatan sejak 120 tahun lalu.
Selain di Goro, diaspora Indonesia setiap tahunnya juga melakukan nyadran di wilayah Tiébaghi Provinsi Utara, berjarak 400 Km dari ibu kota Noumea dan ditempuh jalan darat dalam waktu sekitar 4 jam. Serupa dengan Goro, makam orang Jawa di Tiébaghi juga merupakan pekerja pertambangan nikel.
New Caledonia menjadi rumah bagi masyarakat Jawa di luar Indonesia terbesar kedua setelah Suriname, dengan sekitar 20.000 orang imigran yang dikirim antara 1896 dan 1955. Pada 16 Februari 1896, sebanyak 163 orang Jawa didatangkan pertama kali dengan kapal ‘St Louis’ sebagai kuli kontrak untuk masa kerja tiga-lima tahun pada perusahaan nikel dan perkebunan kopi. Pengiriman pekerja asal Jawa ini dilakukan berdasarkan aturan "Koeli Ordonantie" 1880 , yang mengatur hubungan kerja antara buruh dan majikan untuk menjamin ketersediaan tenaga kerja di perkebunan Belanda di Sumatera, Belanda mengirimkan buruh untuk perkebunan kopi dan pertambangan nikel di New Caledonia.
Keturunan Indonesia di New Caledonia berjumlah sekitar 4.000 orang. Gaya hidup ala Prancis sebagai negara induk memang sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sebagian keturunan Indonesia yang sudah berasimilasi dan kawin campur dengan komunitas lain, mengategorikan dirinya sebagai orang New Caledonia. Kendati pun demikian seiring dengan peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan yang dinikmati mereka mulai mengenang dan mencari asal-usul leluhur mereka di Indonesia.***