Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta yang Menua - Bab V – Tiga

7 Mei 2016   17:06 Diperbarui: 7 Mei 2016   17:12 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tempat duduknya di pojok belakang halaman masjid Al Furqon itu Arjo mengenang satu saja dari beberapa pecandu rokok yang dikenalnya dengan aneka argumenasi mereka. Tentu kemudian ada yang harus betul-betul stop setelah dokter menyatakan paru-paru orang itu bolong dan jatah umur pun tinggal sekitar tiga bulan. Ada yang menceraikan rokok sekaligus kopi hitam yang menemaninya puluhan tahun sebagai pelukis. Bersamaan dengan itu produktivitas dan kreativitasnya dalam melukis mampet karena penyakit yang menderanya telah betul-betul sangat mengganggu.

“Ayo Bang kita merokok di warung depan sana saja!” ujar seorang lelaki paruh baya sambil menyenggol lengan.

Arjo menoleh cepat dan mendapati Aa Enjang, kawan seprofesi dalam menggowes sepeda tua alias tukang ojek sepeda onthel sudah berdiri di samping kanan. “Hai, Aa Enjang? Kumaha damang?

“Alhamdulillah . . . . .saya sehat, Bang. Terus Abang sendiri sehat ‘kan?”

“Sehat dan waras, meski nyaris celaka. Bagaimana Aa tahu aku sedang mikiran soal rokok?”

“Aa tahu sebab tidak ada waktu senggang bagi Bang Arjo kecuali merokok. Nah, sekarang terlihat bengong kayak pengarang kehabisan ide. . ., ,  ,!” ujar Aa Enjang sambil melangkah ke luar halaman masjid. “Ayo kita ngobrol di warung itu!”

“Kenapa tidak nunggu setelah sholat Isya’ nanti saja?”

“Aa ada perlu penting, mendadak. Sampai ketemu ya. . . . . .!” ujar AA Enjang seraya melangkah, lalu berhenti dan berbisik di telinga Arjo. Ada perempuan cantik yang tadi pagi mencari-cari Abang. Kalau tidak salah ia beberapa kali abang boncengin. Mungkin kangen. .. . . . . .!”

“Siapa?”

“Siapa lagi? Wasi si presenter cantik itu. Aa cuma heran saja, kenapa lelaki gaek macam abang ini masih ada perempuan cantik mencari-cari. . . .hehehehh. Sementara lelaki yang lebih muda dan lebih ganteng seperti aku ini nggak laku-laku. . . .!”

“Wasi? Jangan dusta!’ seru Arjo saraya berdiri. “Kalau mau dicintai dunia harus rajin sholat tahajud dan sholat duha. Dari sana wajahmu bakal bercahaya dan rezeki mengalir deras termasuk dalam soal jodoh. . . . .!” ucap Arjo sok menasehati. Padahal ia sendiri gagal dalam tiga kali menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun