Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Rusmaeni, dari Menari hingga Duduk di Kursi Parlemen New Caledonia

30 April 2016   12:08 Diperbarui: 1 Mei 2016   12:49 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu karya Rusmaeni ditampilkan dalam Journee Recreative 2014

Melalui menari berbuah manis. Mungkin itu ungkapan yang pas untuk menyebutkan perjalanan karier Rusmaeni Sanmohamat, perempuan keturunan Jawa di New Caledonia, dari seorang penari kemudian melangkah ke kursi parlemen.

Kegigihan dan kerja kerasnya menggali, memperkenalkan, dan melestarikan seni-budaya Indonesia, khususnya tari, tak pernah surut. Salah satu usaha ke sana di antaranya dengan menciptakan tarian kreasi baru serta mengajarkannya kepada diaspora muda Indonesia. Semua usaha itu memperkaya ragam seni-budaya dan mendapatkan apresiasi positif masyarakat New Caledonia.

Tari Jawa,Nusantara
Kecintaan wanita usia 55 tahun ini akan seni budaya Indonesia, khususnya tari tradisional, telah muncul sejak usia muda. Maeni, panggilan kecilnya, pertama kali belajar tari tradisional yang diajarkan oleh Sadikin bersama Komunitas Indonesia.

“Dari menari, saya bisa tampil di hadapan para pejabat penting di hotel mewah atau tamu kapal pesiar. Mungkin terdengar sepele, tetapi sangat berarti bagi Rusmaeni kecil, menjadi sebuah kebanggaan tersendiri terlebih saya lahir dari keluarga sederhana. Menari, apalagi menari tarian dari tempat asal kedua orang tua saya, menjadi salah satu gerbang untuk mengakses dunia yang lebih luas,” ungkapnya mulai berkisah.

7-572439f0737e61f104906acc.jpg
7-572439f0737e61f104906acc.jpg
Kreasi Tarian Nusantara Rusmaini

Setelah itu, tahun 1977 Maeni bergabung dengan kursus Tari Jawa di Konsulat Indonesia. Di bawah bimbingan Suratno, Maeni mempelajari berbagai jenis tari Jawa, di antaranya Tari Bondhan, Golek Sri Rejeki, Bedoyo, dan sebelas jenis tari Jawa lainnya. Karena ketekunan dan kerampilannya, ia berkesempatan untuk menjadi penari Jawa pada setiap pentas bersama kelompok Gamelan yang juga diajarkan oleh Suratno.

“Konsulat Indonesia menjadi satu-satunya tempat saya bersama keturunan Indonesia muda lainnya belajar seni budaya Indonesia, khususnya tarian tradisional. Kesempatan langka ini tidak saya sia-siakan.”

Tidak hanya di New Caledonia, wanita kelahiran Noumea ini juga mengejar ketertarikannya terhadap dunia tari dengan belajar langsung ke Indonesia. Dalam persiapan perayaan Seratus Tahun Kedatangan Orang Indonesia ke New Caledonia tahun 1996 lalu misalnya, Maeni mengikuti pelatihan tari Minang, Sulawesi dan Betawi selama tiga minggu di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Kemudian, Rusmaeni datang lagi ke Indonesia tahun 2003 untuk belajar lebih mendalam mengenai Rara Ngigel, Mulat Wani dan Reog Yogya di Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja Yogyakarta.

“Tari Jawa yang dianggap sebagian orang terlalu lamban dan membosankan, justru melatih saya untuk tekun, berkonsentrasi dan menahan diri. Selain itu, kita juga dituntut untuk mendengarkan dengan baik, seperti penari yang mengikuti alunan gamelan. Hal ini membentuk kepribadian saya.”

3-1-57243af8129373fc1b8b258f.jpg
3-1-57243af8129373fc1b8b258f.jpg
Rusmaeni, Penari, dan Konjen RI Noumea

Maeni terus mengasah kemampuan menarinya untuk mempelajari berbagai tari Nusantara, di antaranya Tari Bali (Pendet, Panji Semirang, Legong Kraton) dan Tari Yapong Jakarta. Meskipun demikian, tari Jawa tetap menjadi tarian favoritnya.

DukunganKarier
Ketertarikan Maeni pada tarian Jawa tidak terlepas dari dukungan kedua orang tuanya yang berasal dari tanah Jawa. Maapi Soepeno, ibunda Rusmaeni mengenang pertama kali melihat anak pertamanya menari Jawa.

“Saya terharu saat melihat Maeni menarikan tari Gatotkaca Gandrung. Saya akui Maeni benar-benar memiliki ketekunan dalam belajar tari Jawa.”

Tekadnya yang keras tersebut mengantarkan Rusmaeni menjadi salah satu politisi dan anggota Kongres New Caledonia. Maapi menambahkan, sempat khawatir saat putrinya ingin terjun ke dunia politik. Namun kepercayaan terhadap putrinya meyakinkan Maapi untuk memberikan restu agar karier anaknya terus meningkat.

Organisasi, Dunia Politik
Keaktifannya di dunia tari pada akhirnya membawa Rusmaeni pada dunia politik. Diawali dengan keanggotannya dalam Section des Niaoulis (Biro Kepemudaan Keturunan Jawa di New Caledonia) dari partai loyalis Prancis RPCR (yang saat ini berganti nama menjadi Partai Rasemblement – UMP / RUMP), langkah Rusmaeni semakin mantap.

Tahun 2001, Rusmaeni berhasil menduduki jabatan sebagai anggota Dewan Kota Mont-Dore dari Partai RUMP untuk Komisi Kebudayaan, Keuangan dan Budgeter hingga tahun 2008. Tanggung jawabnya sebagai anggota Dewan bertambah, seiring dengan jabatan barunya sebagai pembuat laporan dan pengamat Komisi Keuangan, Administrasi Umum, Pembangunan Ekonomi dan Digital dari tahun 2008 hingga 2014.

6-57243b82737a61a40546e3d3.jpg
6-57243b82737a61a40546e3d3.jpg
Sosok Rusmaeni Sanmohamat

Tidak hanya di Dewan Kota Mont-Dore, kiprah politik Rusmaeni sejak tahun 2009 juga merambah sebagai anggota Dewan Provinsi Selatan dan anggota Kongres New Caledonia. Rusmaeni kemudian berhasil terpilih menjadi Wakil Ketua ke-8 di Kongres New Caledonia, periode 2014 hingga 2015.

Salah satu keistimewaan penampilan Rusmaeni saat mengikuti berbagai sidang di Kongres New Caledonia, selalu menggunakan baju batik dan aksesoris khas Indonesia semisal syal atau tas batik.

Kesibukannya sebagai praktisi politik saat ini diakuinya sangat menyita waktu. Dunia politik yang diarunginya, dirasakan memberi kontribusi positif kepada komunitas Indonesia, terutama dari sudut pandang masyarakat New Caledonia pada umumnya. Sebagai wilayah multi-etnik, Rusmaeni memandang perlunya suara keturunan Indonesia di panggung politik, agar setiap komunitas dapat bersinergi dalam membangun New Caledonia.

“Jangan sampai komunitas kita terputus hubungan dengan komunitas lain, sehingga aspirasi kita juga didengar. Kita harus tetap hidup harmonis bersama seluruh masyarakat New Caledonia.”

Berbagi,Penghormatan
Pengetahuannya tentang tari tradisional Indonesia menjadi bekal Rusmaeni untuk memperkenalkan budaya Indonesia pada kalangan diaspora muda. Rusmaeni membentuk kelompok tari yang memadukan unsur tradisi Indonesia dan modern sejak tahun 1984. Tujuannya, untuk menarik minat generasi muda dalam mempelajari tarian Indonesia dan mendapatkan perhatian lebih luas dari masyarakat New Caledonia.

1a-57243cd26723bd6d0ab19585.jpg
1a-57243cd26723bd6d0ab19585.jpg
Rusmaeni muda menarikan Tari Minakjinggo tahun 1984

Terdengar mudah, mengajar tari pada keturunan Indonesia yang kebanyakan sudah bercampur dengan budaya Perancis menghadapkannya pada tantangan cukup besar. Terlebih metode pengajaran tarinya lebih mendetail, dengan mengupas setiap gerakan tari. Ini dimaksudkan agar seluruh muridnya tidak hanya mampu menari dengan baik tetapi juga menghayati makna setiap gerakan tari yang dilakukannya.

Melalui asosiasi diaspora Indonesia di New Caledonia PMIK (Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya), Rusmaeni menjadi pengurus sekaligus koordinator untuk acara kesenian Indonesia. Hingga akhirnya, Maeni terpilih menjadi ketua PMIK dari tahun 2002 sampai dengan 2007. Kesempatan tersebut dimanfaatkan Maeni untuk memperat kerja sama antara KJRI Noumea dengan seluruh asosiasi diaspora agar dapat bersinergi satu sama lain.

2-1-57243c08737e610305906ab6.jpg
2-1-57243c08737e610305906ab6.jpg
Meletakkan karangan bungan pada peringatan 120 tahun kedatangan orang Jawa ke New Caledonia 2016.

Dengan kemudahan fasilitas maupun tekhnologi yang ada, keturunan Indonesia diharapkan terus mempelajari seni budaya Indonesia. Rusmaeni juga mendukung penuh pelaksanaan Program Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI), yang dirasakan sangat membantu upaya keturunan Indonesia maupun pemuda New Caledonia untuk mengenal budaya Indonesia.

Mengakhiri cerita pengalaman dan ungkapan rasa ke-Indonesiaan-nya, Rusmeini menyatakan, “Penghormatan setinggi-tingginya untuk para sesepuh yang telah berupaya membangun dan membuka jalan bagi kita (diaspora Indonesia di New Caledonia), yang akhirnya dapat dinikmati hingga saat ini. Pada gilirannya, kita sebagai generasi penerus harus memiliki tanggung jawab dalam melestarikan seni tradisi Indonesia di New Caledonia.” ***

Sumber tulisan dan foto: Consulat Général de la République d’Indonésie Nouméa
2, Rue Lamartine, Orphelinat 98800 Noumea Nouvelle-Caledonie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun