Arjo menggeleng keras sambil tersenyum mengejek. “Terlalu besar biayanya, Mas Bro. Cantik itu mahal. Yang pasti bukan mereka, aku bukan si borju dan tidak mungkin.. . . . .!”
“Artis luar negeri mungkin?” kejar Santos makin penasaran.
“Bukan! Yang kumaksud di sini bukan artis sinetron atau penyanyi tapi presenter tv, host, pembawa acara. Cukup terkenal untuk profesinya!” ucap Arjo sambil tertawa senang. Ia merasa pancingannya mendapat banyak respon.
“Fenny Rose. . . . .hahaha! Gampang!” teriak Aa Enjang dengan logat Sundanya yang kental sambil tergelak sendiri karena merasa yakin tebakannya kena.
“Salah!”
“Aku nebak. . . . Sarah Sechan?” seru Aa Enjang mengagetkan.
“Ah, asal sebut saja ya. . . .! Nikita Mirzani, Aura Kasih, Luna Maya! Jesika Iskandar? Atau Ayu Tingting? Atau jangan-jangan Saiful Jamil. . . .!” seru Jimo Ladrang sengan suara melengking, serupa anjing terkencing-kencing. Seketika ramai para pengojek tergelak dan terbahak, saling dorong dan saling towel pundak..
Entah setan dari mana yang tiba-tiba menyelinap di kepala Arjo. Tapi tebakan terakhir itu sangat menusuk perasaan. Saiful Jamil? Memang ia lelaki apa? Genggam tangan kanannya sudah mengepal keras. Namun sekejap kemudian ia mengucap Astagfirullah. Beruntung Arjo Kemplu masih mampu menahan amarah. Ia tidak mau hanya masalah sepele tebak-tebakan menjadi ajang tawuran liar. Karena itu dengan spontan ia membuka jawabannya: “Dengar siapa yang kumaksud, dengar ya. Dia tak lain si gadis manis dan imut bernama lengkap Wasistra Anggraini. . . . .presenter Bincang Jelata di Stasiun TV Nayaka yang ayu-kemayu-molek bin cuantik bak bidadari itu. . . . .!”
“Perempuan yang beberapa kali naik ojek sepeda kita?” tanya Santos tidak yakin.
Sejurus orang-orang bungkam. Hanya ada saling pandang, saling lirik, dan tidak ada yang tersenyum sama sekali. Suasana sejenak tegang, sampai kemudian Marjuni –si lelaki berkumis tebal dengan gaya melambai itu- berbisik di telinga Arjo. “Kamu belum tahu siapa Wasistra. Bang?
“Siapa dia?”