[caption caption="Roma Irama"][/caption]Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sosok Haji Oma Irama dengan orkes Sonetanya telah melegenda sejak lama, ratusan lagu sudah digubah, aneka tema, aneka warna dangdut, dan tentu juga aneka tanggapan orang terhadapnya. Namun tentu lagu romantis, tentang cinta-cintaan, selain yang bernuansa dakwah sangat dominan.
Salah satu lagu romantisnya berjudul Syahdu. Liriknya menyiratkan rindu-dendam seorang perjaka kepada gadisnya. Itu tentu gambaran muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Atau bisa pula pemuda yang merindukan bulan. Perjaka yang terlalu mencintai seorang gadis padahal sang pujaan terlalu jauh dari jangkauan, mungkin tidak tertarik, atau tidak tahu-menahu perasaan si perjaka.
Untuk penyuka lagu-lagu dangdut, khususnya lagu-lagu Bang Roma, pasti sudah hafal lirik lagu itu:
Bila kamu di sisiku hati rasa syahdu// Satu hari tak bertemu hati rasa rindu// Ku yakin ini semua perasaan cinta// Tetapi hatiku malu untuk mengatakannya//
Lirik dan irama lagu ini betapapun membuat orang terhanyut dalam perasaan sedih, sendu, nestapa, galau, dan ungkapan lain serupa itu. Coba dengarkan lagu itu dan cermati isi lirik maupun suasana hati kita ketika mendengarkannya. Tentu saja bagi remaja kolot, alias para orang tua, yang tidak mempan lagi diperdayai rayuan cinta mengharuskannya menilai dan merasakannya dengan cara berbeda. Â
Nah, untuk para remaja kolotlah tulisan ini dibuat.
Cinta bagi Si Tua
Si tua pastilah tak lagi peduli pada cinta ala remaja (untuk dirinya), dan bersamaan dengan itu tergugah untuk mencari cinta yang lain. Cinta orangtua dengan anak-cucu, cinta-kasih seseorang dengan orang lain (bukan sekedar asmara), dan bahkan juga cinta kepada Sang Khalik.
Kata ‘kamu’ dalam lirik itu dapatlah diartikan sebagai Tuan atau Tuhan. Benarkah rasa ‘syahdu’ dapat muncul bila seseorang dekat dengan Tuhan’ ? Dalam kamus, kata syahdu diartikan sebagai khidmat, mulia, agung. Agaknya justru dengan Tuhanlah rasa syahdu itu mestinya muncul. Sebab cinta seseorang kepada yang lain dapat saja tidak tulus, menyembunyikan pamrih, sekedar birahi, dan atau getaran kimiawi sesaat. Sedangkan cinta kepada Tuhan bukan sekedar itu jauh lebih dari itu.
Untuk mendapatkan perasaan itu mari kita mendengarkan lagunya sambil meperhatikan lirik lagu ‘Syahdu’. Lagu itu janga-jangan diniatkan pula untuk mengggambarkan cinta manusia kepada Sang Khalik. Perhatikakan lirik selanjutnya:
Bila cintaku terbalas oh bahagia sekali// tapi bila tak terbalas ku tak sakit hati// karena aku menyadari siapa diriku ini// tak mungkin bagi dirimu mencintai diriku// namun bahagia hatiku bila selalu bersamamu. . . . .//
Perasaan yang berbeda
Begitulah memang isi dunia ini. Semua boleh berbahagia meskipun dengan perasaan dan suasana hati masing-masing yang tentu saja sangat berbeda. Ketika kita kaya maka kita pantas berbahagia. Ketika kita merasa kaya pun kita pun perasaan berbahagia bukan tidak ada. Sekedar ‘perasan kaya’ dapat membawa bahagia.
Sederhananya, ketika kita tidak punya apa-apa (kekayaan materi) namun diberi kesehatan, keluarga lengkap, pekerjaan, tetangga/kenalan yang baik, dan kemampuan beribadah dengan optimal, maka tak salah kita boleh merasa ‘kaya’. Dan karenanya kita merasa berbahagia. Ketika kita berada di gedung megah dan terbersit sekejap bahwa kemegahan itu milik kita, maka tak dapat dicegah kita merasa sangat bahagia.
Begitu pun dengan perasaan cinta, kasih-sayang, rasa romantis, perhatian, dan kata lain serupa itu. Cinta kepada lawan jenis sebagai pasangan hidup, atau cinta kepada sesama mahluk hidup, dan bahkan cinta kepada Allah –Tuhan yang maha esa, yang segala sesuatu bergantung padanya- akan terasa syahdu tak terkira-kira. Namun ada yang berbeda sangat kentara, yaitu ihwal cinta yang semata terkait dengan dunia dibandingkan dengan cinta lain yang melibatkan urusan akherat.
Ah ya, mari kembali pada lagu Bang Roma. Dengarkahlah dan resapi lagunya dalam urusannya dengan akherat –kemana setiap orang akan kembali dan mempertanggungjawabkan setiap detil kehidupan kita sampaipun pada sekedar gerak hati dengan segenap konsekuensinya-. Dari sana mestinya kita belajar untuk merasakan berbagai fenomena dengan perasaan berbeda.Â
Penutup
Bagi yang tidak berminat terhadap musik dangdut mungkin akan memandang sebelah mata kepada Bang Roma. Terlebih kita yang tidak suka dengan sepak terjang beliau sebagai pribadi, misalnya pilihannya berpoligami, ketika menjadi Capres, ketika belum lama ini mendirikan partai. Namun lagu-lagu Bang Roma –khususnya yang berjudul Syahdu- bagi saya –entah kenapa tiba-tiba saja- terasa berbeda.
Tulisan ini bukan tentang Bang Haji Roma Irama -sekali lagi- yang secara pribadi mungkin kita tidak suka. Ini sekedar ajakan untuk menikmati karyanya, bahwa apapun di depan kita dapat kita nilai dengan cara dan perasaan berbeda. Bukan memaknainya sekedar dunia (fana) tapi bisa juga melibatkan nuansa kebakaan, keakheratan, keilahian, Â dan seterusnya. Dari sana kita dapat menemukan kembali, atau bahkan menambah dan mempertebal, keimanan kita pada kemahakuasaan Tuhan.
Itulah yang ingin saya tuliskan hari ini. Meraba hati dan meneliti perasaan berbeda tentang sesuatu yang salama ini tidak terpikirkan. Terimakasih bila sudi menyimak, semoga bermanfaat. Wassalam.Â
Bandung, 23 Desember 2015
Sumber gambar: http://herdianovic.deviantart.com/art/Rhoma-Irama-496882957
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H