Perasaan yang berbeda
Begitulah memang isi dunia ini. Semua boleh berbahagia meskipun dengan perasaan dan suasana hati masing-masing yang tentu saja sangat berbeda. Ketika kita kaya maka kita pantas berbahagia. Ketika kita merasa kaya pun kita pun perasaan berbahagia bukan tidak ada. Sekedar ‘perasan kaya’ dapat membawa bahagia.
Sederhananya, ketika kita tidak punya apa-apa (kekayaan materi) namun diberi kesehatan, keluarga lengkap, pekerjaan, tetangga/kenalan yang baik, dan kemampuan beribadah dengan optimal, maka tak salah kita boleh merasa ‘kaya’. Dan karenanya kita merasa berbahagia. Ketika kita berada di gedung megah dan terbersit sekejap bahwa kemegahan itu milik kita, maka tak dapat dicegah kita merasa sangat bahagia.
Begitu pun dengan perasaan cinta, kasih-sayang, rasa romantis, perhatian, dan kata lain serupa itu. Cinta kepada lawan jenis sebagai pasangan hidup, atau cinta kepada sesama mahluk hidup, dan bahkan cinta kepada Allah –Tuhan yang maha esa, yang segala sesuatu bergantung padanya- akan terasa syahdu tak terkira-kira. Namun ada yang berbeda sangat kentara, yaitu ihwal cinta yang semata terkait dengan dunia dibandingkan dengan cinta lain yang melibatkan urusan akherat.
Ah ya, mari kembali pada lagu Bang Roma. Dengarkahlah dan resapi lagunya dalam urusannya dengan akherat –kemana setiap orang akan kembali dan mempertanggungjawabkan setiap detil kehidupan kita sampaipun pada sekedar gerak hati dengan segenap konsekuensinya-. Dari sana mestinya kita belajar untuk merasakan berbagai fenomena dengan perasaan berbeda.Â
Penutup
Bagi yang tidak berminat terhadap musik dangdut mungkin akan memandang sebelah mata kepada Bang Roma. Terlebih kita yang tidak suka dengan sepak terjang beliau sebagai pribadi, misalnya pilihannya berpoligami, ketika menjadi Capres, ketika belum lama ini mendirikan partai. Namun lagu-lagu Bang Roma –khususnya yang berjudul Syahdu- bagi saya –entah kenapa tiba-tiba saja- terasa berbeda.
Tulisan ini bukan tentang Bang Haji Roma Irama -sekali lagi- yang secara pribadi mungkin kita tidak suka. Ini sekedar ajakan untuk menikmati karyanya, bahwa apapun di depan kita dapat kita nilai dengan cara dan perasaan berbeda. Bukan memaknainya sekedar dunia (fana) tapi bisa juga melibatkan nuansa kebakaan, keakheratan, keilahian, Â dan seterusnya. Dari sana kita dapat menemukan kembali, atau bahkan menambah dan mempertebal, keimanan kita pada kemahakuasaan Tuhan.
Itulah yang ingin saya tuliskan hari ini. Meraba hati dan meneliti perasaan berbeda tentang sesuatu yang salama ini tidak terpikirkan. Terimakasih bila sudi menyimak, semoga bermanfaat. Wassalam.Â
Bandung, 23 Desember 2015
Sumber gambar: http://herdianovic.deviantart.com/art/Rhoma-Irama-496882957