Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Wajah Palsu

1 Oktober 2015   02:15 Diperbarui: 12 Oktober 2015   09:34 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="wajah abstrak dari cat air"][/caption]

Sumber gambar: di sini

1/

Selalu ingin kutampar wajahku sendiri

Karena sikapmu cabul, ucapmu sompral, hingga tak jelas

Kata-kata dan nada lagu yang kau nyanyikan

Itu mengapa membuatku marah dan memekik histeris

 

Aku selalu ingin lebih kejam mendisiplin diri

Dengan menampar dan  perilaku culas melabrak

Ke wajah sendiri, agar kau rasakan sakitnya

Sampai tulang dan sumsum pedih-perihnya tercampak

 

2/

Bahkan ingin kurajam diriku diam-diam

Bila masih juga kudengar jejak sesiapa

Yang rajin menyapa, namun dengan seribu cela

Engkaukah itu yang lantang meneriakkannya

 

Negeri ini bukan apa-apa, karena aku dan kamu

Jadi warganya, yang terlalu penakut

Sementara yang lain terus menghujat dan menuntut

Gaduh saja sepanjang waktu, bising, riuh

 

3/

Romantisme ala pengeran dan putri kerajaan

Hanya tersisa dalam seni ketoprak, ludruk, drama pantura

Selebihnya amuk, tawur, cincang, dan ganyang

Darah berceceran, kematian mengintip siang-malam

 

Orang-orang mencari selamat, cari senang dan menang

Pahadal mereka mestinya melumati wajah sendiri

Jangan lagi menuding kemanapun untuk berkilah

kukuliti wajahku dengan parang dan cangkul, dengan amarah

 

4/

Jadi biarlah kutampari keras wajahku sendiri

Biarlah mereka saling menyalahkan, menjadi sampah

dan tidak ada yang mengaku, sampai semua kalah

Semua salah, kemudian hidup pun tercerabut pecah

 

Kelak kudatangi kamu satu per satu dengan tanpa wajah

Bila kau tanya mengapa, kujawab telah kugadaikan murah

Kini giliranmu segera mengelupasi segenap wajah palsumu

Habisi sampai kau akan malu untuk narsis tak kenal waktu

Bandung, 1 Oktober 2015

---

Tulisan sebelumnya:

  1. karena-kompasiana-makin-sulit-saja-saya-mendapatkan-ide-menulis
  2. gayus-mempraktekan-ungkapan-luar-biasa-dan-biasa-di-luar
  3. keberhasilan-gayus-di-kompasiana-sebuah-ironi
  4. bermedia-sosial-rasa-koran-karena-kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun