Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

‘Keberhasilan’ Gayus di Kompasiana, Sebuah Ironi

27 September 2015   21:39 Diperbarui: 27 September 2015   23:56 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="gayus tambunan dalam busana jawa"][/caption]

Sumber gambar : di sini

 

Berhasil itu harus dicapai dengan perjuangan dan tentu perjuangan pula yang telah dilakukan Gayus Tambunan (GT) di blog keroyokan bernama Kompasiana (K). Rutin dan antusias menulis, dengan susunan kata bergaya, enteng, sesekali ngawur, suka humor yang menyerempet pornografi, dan mengikuti peristiwa aktual apa saja. Hal lain ia sangat piawai memposisikan diri sebagai orangtua-bijak-jujur dan sangat pas untuk diteladani-'digugu lan ditiru, dijadikan panutan, serta ramah dan akrab dengan siapa saja (kecuali para penyangkalnya).

 

Pada media sosial ada hukum tidak tertulis: seseorang itu siapa saja, dan ketika ia akrab dengan orang lain, itu berarti pula siapa saja yang lain. Semuanya berdasarkan apa yang ditulis/digambarkan dalam tulisan, dari foto diri (meski pinjam gambar apa saja), serta bagaimana komentar diri sendiri maupun orang lain tentangnya.

 

Lepas dari mereka yang sejak awal bersikap kritis dan sudah curiga/was-was, nyatanya relatif banyak orang lain yang terpedaya. GT –sekali lagi- sungguh licin menempatkan diri untuk disenangi-dipercayai-dihormati dan bahkan dielu-elukan. Luar biasa, meski belakangan ungkapan itu dapat saja berubah menjadi ‘kurang-ajar, bangsat, terkutuk, mampus lu!’. Rasa suka berganti benci, rasa bangga menjadi malu, rasa solider menjadi dikhianati, rasa manis berganti menjadi cuka….! Sakitnya tuh di sini….!

 

Iseng-iseng mari kita berkaca diri karena ulahnya, sebab betapapun harus diakui ‘keberhasilannya’ dalam memelintir: kata/kalimat, pendapat, sikap, empati/simpati, dan entah apa lagi. Keberhasilan itu, kalau boleh disebut demikian, menjadi pembelajaran agar tidak ada lagi orang bertindak serupa dia, dan tidak ada lagi orang yang tercocok-hidung sedemikian rupa. Keberhasilan itu apa saja?

 

Pertama, Gayus melalui nama Pakdhe Kartono (PK) terus-menerus menyebut diri bahwa ketampanannya melibihi Brat Pitt si bintang film Amerika itu. Dia narsis bahwa dirinya punya kelebihan ini dan itu, begini dan begitu, sehingga lebih tampan dari foto pinjaman itu. Keyakinan yang dibuat-buat itu celakanya lama-kelamaan membingungkan orang lain, bahkan ada yang menganggapnya sebuah kebenaran.

 

Kedua, Gayus mampu menggambarkan sosok tua dan bijak dibalik nama bernuansa suku Jawa yaitu PK. Pakdhe dalam budaya Jawa wajib dihormati karena ia lebih tua dibandingkan bapak dan/atau ibu kita, bahkan seringkali dia menjadi wakil keluarga alias dituakan manakala kedua orangtua sudah tiada. Sebutan itu diikuti pula dengan berbagai ungkapan maupun pengetahuan lain perihal ke-Jawa-an. Ini menjadi salah satu magnet bagi orang Jawa dan keluarganya.

Ketiga, Gayus melalui PK berhasil mengumbar empati dan simpati pada tulisan lain sehingga banyak orang jatuh-bangun ganti melayangkan hal serupa pada dirinya. Siapapun di belakang nama PK tidak lagi dipedulikan, siapa dan bagaimana dia tidak lagi dihiraukan. Yang ada cuma bayangan sosok PK yang serba menyenangkan/ menghibur/bijaksana itu.

 

Keempat, Gayus melalui PK berhasil membuat diri disayang oleh sekelompok orang sekaligus  dibenci oleh sekelompok orang lain di K. Orang yang sayang sampai keliwat-liwat mesra, yang benci pun sebegitu bengis. Dengan berbagai penelusuran, pengendusan, dan terutama juga kejelian sejumlah K’ers, kecurigaan pun sudah dilontarkan sejak berbulan-bulan silam. Tapi orang ini terampil berkelit, bercanda, serta mengalihkan pembicaraan.

 

Kelima, prestasi tertinggi Gayus melalui sosok PK adalah kemampuan menjerat perhatian dan sanjungan dari Admin K sehingga banyak tulisannya yang terpajang manis siang-malam berminggu-berbulan mungkin juga bertahun. Dengan kata lain, dari aspek konten tulisan sebenarnya tidak ada masalah. Namun kenapa harus Gayus -yang salah satu isi tulisannya tentang pemberantasan korupsi-?

 

Keenam, dengan bantuan dua orang K’ers berhasil membuat nama Gayus kembali berkibaran di jagad media arus utama maupun media sosial negeri ini. Itu pasti ‘hasil perjuangan’ setelah sekian lama namanya tenggelam oleh sosok lain yang ganti-berganti dan tak kalah rakus dalam melahap uang Negara. Konsekuensinya, Gayus berhasil pindah rumah tinggal, dari Bandung ke Bogor. Mungkin dia sudah bosan dengan suasana dan lingkungan lama, mungkin pingin mencari suasana-tantangan dan teman-teman baru. Tapi jangan-jangan tabungannya memang sudah terkuras habis untuk aneka biaya ‘izin’ keluar tembok penjara selama ini.

 

Ketujuh, kalau saja tidak ada aral melintang mestinya dalam Kompasianival 2015 nanti nominasi sebagai The best…., Man of The Year… atau predikat bergengsi lain sudah menunggu, tapi begitulah….. narsis kali ini alangkah apes. Terkuak sudah bahwa Pakdhe Kartono hanya tokoh fiktif hasil imajinasi Gayus.

 

Begitulah. Mungkin saja masih banyak keberhasilan lain yang luput dari pengamatan saya, yang tidak saya ketahui, atau saya pura-pura tidak tahu. Maklumlah, saya bukan termasuk salah satu muridnya, jadi tak apalah kurang menghargai kehebatannya.

 

Untuk saat ini biarlah orang yang bernama GT itu menenangkan diri di ruang isolasinya, sambil mungkin saja mencari-cari ide tulisan dan tokoh fiktif baru. Mungkin juga dia sedang mencari strategi mutakhir untuk narsis dan selfie yang dampaknya lebih heboh dibandingkan peristiwa sebelumnya. Sementara itu tokoh fiktif Pakdhe Kartono dapat saja diceritakan sedang melancong ke luar negeri, entah kemana yang sangat jauh dan terpencil hingga tidak ada alat komunikasi apapun di sana. Atau diceritakan PK sedang suntuk mengerjakan proyek buku bermutu, sebab terinspirasi dengan karya-karya Pulau Buru Pramudya Ananta Toer.

 

Dan siapa tahu -entah kapan nanti- Gayus mendapatkan fasilitas untuk berinternet-ria lagi. Itu berarti akan muncul nama akun lain di blog K, dengan foto dan jenis tulisan berbeda yang tak kalah memikat-menyihir-mengharubiru dan sekaligus….. mempecundangi alias menipu siapa saja habis-habisan! Mungkin saja bakal terbit buku atas tulisan-tulisannya di K, dengan judul 'Gaya Gayus Menipu Dunia'. Selamat untuk Pakdhe Gayus, salam ‘sukses’ selalu. Di sini pasti banyak yang termangu-mangu sedih dan akan selalu ‘merindukan’ tulisan-tulisanmu……! ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun