Memprihatinkannya, entah sudah berapa lama dan berapa kali tayang iklan itu. Awam pun tahun HT sebagai tokoh yang diiklankan adalah pemilik grup media cetak, elektronik (radio dan tv), serta media online.
Penutup
Dua catatan terkait tema tulisan ini ingin saya garis-bawahi, yang pertama kesadaran pada kesalahan yang tidak segera tumbul/timbul, dan yang kedua penokohan seseorang kadang berubah menjadi pengkultusan (sadar atau tidak sadar, antara lain dengan meniadakan yang lain).
Lalu bagaimana? Soal iklan, ada pihak yang berkepentingan, yaitu KPI, kemudian juga organisasi insan periklanan, dan tentu juga Pemerintah (melalui Kominfo); selanjutnya ada pihak intern stasiun tv yang bersangkutan, dan yang tak kalah penting peran aktif penonton/khalayak. Sangat mengherankan karena ternyata iklan itu tidak segera dihentikan penayangannya, setidaknya diperbaiki atau diganti kata-katanya.
Begitulah, sambil mengingatkan kepada para penulis naskah (naskah berita, opini, pidato, iklan, slogan politik, hingga sekedar sambutan ketua panitia) agar lebih cermat dalam bekerja, tulisan ini saya akhiri.  Jangan cuma cari gagah tapi salah, latah, apalagi gegabah. Jangan…..! Terimakasih bila tak segan untuk menyimak, dan mohon maaf bila tidak berkenan. Wassalam.
---
Sumber tulisan:
*) http://aceh.tribunnews.com/2015/09/04/menyoal-tayangan-iklan-partai-perindo-di-tv
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H