Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Merah Putih RTC] Kutulis Puisi Ini, pada Kelopak Mawar Merah-Putih

16 Agustus 2015   13:03 Diperbarui: 16 Agustus 2015   13:03 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="pedagang bunga, sumber gambar http://soloyes.com/2009/08/"][/caption]

No 22

Biarlah pelan kutulis puisi ini pada lembar-lembar kelopak mawar merah dan putih di sebelah bangku kayu tempatmu terlelap. Seharian kita mengelana merayapi bukit-bukit tandus yang menyengat untuk mendapatkan sekedar jawab atas rasa ingin tahu, juga penebus rasa rindu, serta perasaan riang yang tiba-tiba menjadi pilu

Puisi ini semata untukmu, Indonesiaku, kurajut dari belantara kata yang tidak saling sapa, ada diantaranya untaian nelangsa berkecambah harap, mungkin kamu diantaranya, sesiapa yang mau berlembut ucap untuk mengubah subuh sejuk menjadi segumpal senyum pengungkap rahasia masa lalu

Senyumkah dan siapa yang masih menyimpannya beberapa keping untuk tidak lagi berpantang dalam setiap pertemuan, kemarau yang menggerogoti sekujur keberanian untuk mengekalkan janji, dengan bekal kata-kata bermantera, doa-doa tajam menembus cakrawala, geliat tubuh bersepuh peluh

Pabila nanti kau siuman dan coba mencariku di sekeliling, di atas batu-batu belah, juga pada aliran sungai bening ke hilir mengikuti alur mengular turun, terayun-ayun pasrah hingga muara, maka di sana aku telah menunggumu, dengan segenggam puisi yang lebih gagah tinimbang bukit tandus tempat kita coba memanjat dan tidak mendapatkan sesuatu pun selain rasa malu dipermainkan angan yang mengelana jauh

Maka biarlah pelan kutulis puisi ini, untukmu Negeriku. Dan bila kau siuman nanti, bacalah pada setiap lembar kelopak mawar merah dan putih, di situ semua ratapku padamu, namun aku sudah teramat jauh untuk mampu kau jangkau dengan rasa sayang setinggi bukit apapun yang gagal kita rengkuh

Bandung, 6 – 16 Agustus 2015

---

Keterangan: karya ini orisinil dan belum pernah dipublikasikan

--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun