Tidak hanya mereka yang mampu menikmati ketinggian
Lihatlah kami, meski terseok dan terseret, pun langkah kecil meniti
Sebutlah kami sebagai pendaki, pada gunung dan bukit-bukit batu
Hutan ilalang, lereng terjal, berkawan aroma belereng yang teramat bau
Â
Kami mengawasi tiap sesuatu dengan insting dan pendengaran ekstra
Bahkan kami tak sulit membedakan warna-warna, meneliti jarak dari suara
Penuh canda-tawa. Semua terkabar dari cericit burung, desah irama gerimis
Bahkan gema yang menyebar lewat tebing, dan langit, dan aneka kisah magis
Â
Semangat untuk mandiri, itulah modal kami, lebih dari rasa ingin tahu
Lebih tinggi dari sekedar pasrah, kami berlatih dan melengkapi diri
Dengan atribut para pendaki: sepatu, ransel, alat berkemah dan memasak
Juga kepekaan semua indera yang terasah sempurna, kecuali mata
Â
Bagi kami, pendakian ini memutus rasa sunyi, menepis prasangka salah
Memecah aneka kegundahan hati, sebab kami perlu juga sesekali merasa gagah
Betapa bangganya menjadi manusia perkasa, merdeka, penakluk beban diri
Betapapun ini, semata cara Tuhan untuk menguji dan menyayangi kami
Bandung, 10 Agustus 2015
---
Sumber gambar:
https://danipicture.wordpress.com/2013/11/04/melepas-penat-di-gunung-papandayan/
---
Sumber tulisan:
http://kompashariini.blogspot.com/2015/08/kompas-edisi-minggu-2-agustus-2015.html
http://print.kompas.com/baca/2015/08/02/Gunung-Pun-Kami-Daki%E2%80%A6
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H