Malas
Rasa malas menghinggapi setiap manusia karena beberapa alasan, diantaranya tidak tahu atau tidak mau tahu kegunaan rajin. Rajin berolahraga dan memperhatikan kebersihan untuk sehat, rajin belajar dan mengejar ilmu untuk menjadi cerdik/pantai, rajin menabung/berhemat untuk kaya, rajin sholat untuk menggapai akherat, dan seterusnya.
Â
Malas terkait dengan penggunaan waktu, yaitu menunda-nunda pekerjaan, mengabaikan dan tidak menyegerakan, serta mencari dalih untuk menghindarinya. Sementara waktu sangatlah terbatas, semua dibatasi waktu, dan terlebih juga waktu tidak dapat diulang. Semua berproses dalam perjalanan waktu, dari pagi ke siang ke petang lalu malam. Juga dari bayi ke anak-anak lalu dewasa dan akhirnya tua. Hanya ada dalam fiksi orang yang hidup abadi, hanya ada dalam fiksi orang yang terus awet muda.
Â
Maka alangkah ruginya orang yang hidup dengan bermalas-malasan. Orang-orang seperti itu kalau menyadari kemudian tidak semaju/sekaya/sepintar/seberuntung orang lain pasti akan menyesal. Dan penyesalan soal waktu ini tentu tiada berguna.
Â
Penutup
Tulisan ini tentu hanya permukaan, dan hal kecil dari begitu banyak hal lain yang menyebabkan terjadinya kesia-siaan pada masa lalu. Penyesalan menjadi hal yang sangat lumrah, bahkan harus dilakukan dalam meniti roda kehidupan ini. Ketidaksempurnaan menjadi penyebab banyaknya kesia-siaan yang kemudian menjadi pangkal penyesalan itu. Dan penyesalan tentu sangat manusiawi.
Â
Beruntunglah kita yang masih punya rasa penyesalan, sebab itu berarti diberi kesadaran baru tentang sesuatu yang terlanjur dilakukan padahal salah, alpa, khilaf, abai, dan kurang memperhatikan/ mencermati/peduli. Namun penyesalan ketika ajal sudah di tenggorokan, dan gambaran neraka sudah di pelupuk mata, sungguh tidak berguna.