Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menyesali Kesia-siaan Masa Lalu

13 Juni 2015   13:23 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:58 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak sulit untuk menggali dan mengingat kembali apa yang kita anggap sebagai kesia-siaan, dan tentu tiap orang punya cerita yang berlain-lainan.

 

Memperturutkan Kesenangan

Masa muda hampir pada semua hal selalu dilandasi dengan ukuran ‘memperturutkan kesenangan’. Asalkan senang dilakukan, tidak peduli untuk apa, bagaimana akibat/kerugiannya, siapa yang menyuruh, apa dasar pengetahuannya, dan seterusnya. Kata ‘tidak peduli’ selalu berdampingan dengan kata memperturutkan kesenangan itu.

 

Saya masih ingat bagaimana menghabiskan jam demi jam untuk mengisi bulan suci Ramadhan. Satu yang saya sesali kini yaitu menggunakan dengan bermain catur. Masih sekolah lanjutan kala itu, ada beberapa teman yang yang hobi main catur dan saya tertulari. Tidak ada guru atau pemain yang lebih pandai yang mengajari. Jadinya ya main saja dengan dasar-dasar bermain ala kadarnya. Seru dan bersemangat. Itulah mengapa dari jelang tengah hari hingga hampir maghrib dilakoni. Sering sholat  dhuhur dan ashar telat, jangan lagi sholat berjamaah di masjid.

 

Sekedar senang, dan tidak tahu untuk apa. Sebab saya tidak pernah jadi pemain catur andal, tidak pula mendapatkan penghasilan dari bermain catur. Meluangkan waktu berlebihan untuk bermain catur kala itu disadari kemudian sebagai kesia-siaan.

 

Pada waktu lain -pada periode usia yang berbeda- waktu pun habis untuk bermain sepakbola, memancing, bersepeda hingga jarak jauh, main karambol, mengisi tts, dansa-dansi, nonton acara televisi, memancing, dan entah apa lagi. Barang tentu bukan tidak ada sama sekali manfaatnya, namun waktu yang banyak terpakai untuk aneka kegiatan itu menghapus kesempatan untuk melakukan hal-hal lain yang bermanfaat: belajar, mengaji, kursus bahasa, latihan berenang, membantu pekerjaan orangtua, berorganisasi, dan banyak lagi hal positif lain. Bahkan yang terparah kesenangan menjadikan orang abai terhadap kewajiban maupun larangan dalam agama. Semuanya bermuara pada dorongan memperturutkan kesenangan!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun