sumber gambar - hukum.beritaprima.com
1
Lihatlah cermat raut wajah dan sorot mata mereka, lihatlah
Dan kita akan segera tahu, bahwa waktu tinggal dekat lagi
Bukan orang lain yang memilih melainkan diri sendiri yang rapuh
Sembilan segera dieksekusi, menyusul yang sepuluh
-
Itu tidak lain terkait dengan jumlah yang lima puluh
Delapan belas ribu setahun korbannya. Semua semata angka-angka.
Tapi sungguh bukan salah sesiapa, kecuali pilihan sendiri:
Mematikan orang lain dengan taruhan nyawa tanpa empati
-
Lewat tengah malam nanti bila letup pada kelam malam menyalak
Belasan atau puluhan pucuk senapan laras panjang terayun serempak
Maka hukum dibuat tegak, sanksi pasti, dan mereka mestilah rela
menerima dengan dagu mendongak
2
Nusakambangan ketat terisolasi, dan telah tersedia sembilan peti mati
Permintaan terakhir: nikah, melukis, bertemu keluarga, dan entah
Begitu besar biaya tiap orang untuk tersungkur kalah, meski
Betapa besar ancaman diplomatik negara lain untuk menggoyah
-
Kita menghormati hukum Negara lain, maka mesti begitu sebaliknya
Semua upaya hukum  dilaksanakan sudah, dan grasi ditolak
Apalagi yang bersisa, selain mengulur waktu, namun akan sia-sia
Pemerintah serius memerangi narkoba, setelah teroris dan korupsi
3
Terlalu lama negeri ini dijajah bujukan konsumerisme dan gaya hidup hedonis
Terlalu lama negeri ini  nyaris bangkrut dalam belenggu paham materialisme
Akibatnya rapuh, gaduh. Semua perkara berganti sekedar kalah-menang, untung-rugi
Pun hukum dan kedaulatan negeri, tersandera di telapak para petinggi
-
Maka kenapakah nurani kita selama ini terbelenggu duniawi? Kenapakah
Lenyap segenap predikat unggul-muluk-suci bertahta?
Saling tunjuk kecuali tunjuk diri sendiri. Kinilah saatnya berinstrospeksi
Saat letup itu menyalak, di pojok jauh pulau pesakitan: merenunglah!
-
Lihatlah cermat raut wajah dan sorot mata mereka: pasrah menemui takdirnya
Dan kita akan segera tahu, bahwa waktu tinggal dekat lagi!
-
Bandung, 28 April 2015
==
Simak juga puisi sebelumnya :
1.http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2015/03/07/sebutir-peluru-beralamat-lengkap-untukku-puisi-728442.html
2.http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2015/04/27/guncang-itu-semakin-kencang-puisi-741148.html
3.http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2015/04/27/guncang-itu-semakin-kencang-puisi-741148.html