Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pertanyaan Seputar Narkoba!

2 Maret 2014   00:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:20 2054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Enam puluh sampai tujuh puluh kilogram sabu! Bagaimana kita membayangkannya? Kalau sabu itu dibagi-bagikan dan setiap pecandu narkoba diberi setengah gram saja, maka kita dapatkan angka 120 sampai 140 ribu orang pecandu yang akan berpesta hari ini. . . . .! Bahkan Stadion Gelora Bung Karno pun tidak mampu menampung mereka serentak.

Tapi itulah yang diberitakan koran dua hari lalu. Dua warga Negara Iran berinisial SHM dan MM ditangkap bersama 60- 70 kilogram sabu, yang ditaksir bernilai Rp 140 milyar rupiah. Angka rupiahnya tidak perlu dihiraukan, karena trilyunan rupiah uang Negara ini pun ditelan bulat-bulat oleh koruptor, pengusaha hitam, penilap pajak, makelar kasus dan proyek, penjual aset Negara, penyelundup, dan banyak lagi yang lain, sementara itu para penegak hukum tak kuasa bersikap adil.

Setiap kali membaca penangkapan pengedar, pengguna, ataupun bandar dan produsen sabu dan jenis narkoba lain, selalu muncul pertanyaan di benak saya: berapa banyak sebenarnya jumlah narkoba yang masuk/diselundupkan dan diproduksi di dalam negeri setiap harinya? Bukankah kalau bicara tentang angka yang tersembunyi kita selalu dihadapkan pada fenomena gunung es?

Bukan berarti bentuk kejahatan lain lebih rendah daya rusak/bunuhnya, namun peredaran dan produksi narkoba mestinya di stop sampai di sini. Mungkin kalaupun harus dihukum mati seratus atau seribu orang hari ini, kiranya lebih baik dilakukan, dibandingkan dengan bertambahnya jutaan orang pengguna baru setiap hari/minggu/bulan/tahun. (turunkan Densus 86. . . .eh 88 secepatnya, niscaya tersangka pun akan tewas mengenaskan!)

Karena jika tidak, mungkin lima atau sepuluh tahun mendatang akan muncul fakta baru seperti iklan sabun ‘sembilan dari sepuluh orang’ Indonesia adalah pengguna narkoba. Betapa bangganya kita, Negara yang mayoritas muslim terbesar di dunia yang paling demokratis sekaligus pengguna narkoba terbesar di dunia! Menakjubkan sekali!

Pertanyaan kedua, setelah pembebasan bersyarat warga Australia Schapelle Leigh Corby yang menghebohkan itu, berapa tahun hukuman yang pantas untuk dua pelaku di atas, dan akankah mereka mendapatkan grasi dan potongan masa hukuman yang lebih banyak?

Saya tidak berani berspekulasi, sekedar menduga-duga, kalaupun presiden hari ini sudah menjadi rakyat jelata kelak jangan-jangan ia akan gigih berjuang supaya dua pesakitan itu mendapatkan grasi/potongan masa hukuman lebih banyak, sehingga tidak perlu membusuk di dalam penjara? Juga, jangan-jangan presiden terpilih tahun 2014 ini pun melakukan tindakan serupa. (Kelak akan muncul pembelaan presiden itu ttg ‘buah simalakama’ apa yang dihadapi ketika mengambil keputusan memberi grasi).

Pertanyaan ketiga, apa tidak sebaiknya penjahat narkoba kelas teri dilepaskan saja? Mereka bikin penuh penjara dan tidak ada manfaatnya. Logikanya, karena pelaku kejahatan yang terkait dengan 60-70 kilogram sabu pun hukumannya bakal ringan; maka pemakai, pengedar, bandar dan produsen narkoba kecil-kecilan tidak perlu dikenai hukuman. Jangan orang menyangka penegak hukum cuma cari sensasi, terlebih jika yang ditangkap selebritas. Kayaknya semua stasiun tv diundang untuk meliput ‘keberhasilan’ itu. . . .!

Pertanyaan keempat, apakah ada sanak-saudara kita, atau mungkin tetangga-kenalan-kolega kita, yang menjadi bagian dari salah satu ‘metode jitu manusia dalam menghancurkan peradaban dan kemanusiaannya sendiri’ itu, dan kita merasa kasihan sekali dan tidak tega padanya? Jika jawabnya ‘ya’, maka anggaplah tiga pertanyaan terdahulu tidak pernah ada! Selanjutnya mari kita junjung tinggi jawaban untuk pertanyaan keempat. Karena dengan itu hasil metode jitu kita akan datang lebih cepat! Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun