Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Mencari Penyebab Gagal Membuat Tulisan

2 April 2015   10:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:38 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar uchidab.deviantart.com

Menulis itu gampang, tapi gangguannya sangat banyak. Gangguan itu menyebabkan konsentrasi buyar, waktu habis, dan tulisan tidak terwujud.  Sementara itu pekerjaan lain sudah menunggu,  atau kondisi badan jadi tidak fit lagi karena dilanda lelah, lesu, ngantuk, atau malas.

Itulah yang saya alami terkait dengan menulis di blog K. Jadi jangankan mengikuti ajakan ‘ one day one posting’, seminggu membuat tiga tulisan pun sering gagal dicapai.

Kenali Alasan Gagal

Berikut beberapa sebab saya gagal membuat tulisan: 1. Terlalu asyik mencari referensi di internet, sehingga banyak bacaan dan akhirnya tidak mampu pengembangan pikiran untuk menuliskannya. Padahal ide sudah ada. Tinggal mencari sedikit referensi agar tidak mentah, dan apalagi sampai salah kesimpulan.

Dulu waktu Pasar Klewer kebakaran secepat itu muncul ide tulisan tentang biang keladi penyebabnya, yaitu konrsleting listrik. Saya ingin mempertanyakan apakah tidak ada cara untuk mendeteksi dini kejadian kebakaran? Apakah tidak ada cara ampuh untuk penanggulangan kebakaran jika terlanjur terbakar (system pemadaman otomatis, murah, dan menyelamatkan)? Apakah daya listrik tidak lebih baik diturunkan lagi saja agar pasar lebih aman dari ancaman kebakaran?

Ketika terlalu asyik membaca tulisan untuk referensi, maka penyebab gagal menulis pun datang lebih cepat, yaitu 2. Kondisi badan jadi lelah dan terutama ngantuk. Maklum faktor usia. Tidak bisa lagi dipacu dengan minum kopi panas, atau merokok. Faktor kesehatan menjadi kendala.

Penyebab lain tulisan tidak pernah terwujud karena : 3.  Muncul pikiran lain: jangan-jangan kebakaran pasar memang ada yang disengaja? Barapa banyak pasar yang terbakar tiap tahun, dan sudah dianggap sebagai hal yang biasa, bencana biasa. Semua kejadian jika ditelusuri mendalam ternyata punya saling keterkaitan, hingga kemudian tampak sangat kompleks dan sulit diurai belitannya. Maka jadi pusinglah dari mana akan memulai. Akibatnya urung menulis, menulis tidak selesai/tuntas, atau merasa tidak puas dengan hasil tulisan sehingga tidak jadi di-posting.

Namun dari semua kegagalan menulis penyebabnya adalah 4. Tidak punya referensi memadai, atau setidaknya ada perasaan bahwa referensi belum lengkap, masih kurang, tidak utuh; atau ganjalan lain yang menjadi pembenar untuk tidak menulis dulu. Menulisnya tunggu sampai referensi lengkap. Sementara tiap hari ada saja topik baru yang lebih menarik dan penting.

Cukup banyak topik lain yang gagal saya tulis karena berbagai alasan di atas. Yang terbanyak tentu yang masih sebatas pemikiran, masih di dalam kepala dan tidak segera dituliskan biarpun hanya berupa corat-coret  dalam selembar kertas.

Tentu saja kendala lain yatu teknis terputusnya aliran listrik, gangguan komputer, dan tidak stabilnya jaringan internet menjadi sebab yang sulit dihindari. Saya menulis di komputer jadul dengan bantuan speedy, bukan dari smartphone.

Tetap  Menulis

Meskipun banyak kendala untuk mewujudkan tulisan, semangat yang terpelihara untuk menghasilkan karya tulis harus terus dipupuk. Pengalaman mengajarkan pada setiap orang untuk mampu mengatasi kesulitan.

Jalan keluar untuk mengatasi kendala itu bagi saya yaitu dengan menulis pengalaman apa saja tanpa referensi. Menulis pengalaman pada masa lalu, masa kanak-kanak, atau menuliskan cerita apa saja  walaupun tidak lengkap detilnya. Namun bisa juga menulis hal-hal sederhana yang dimuat koran yang luput atau tidak menarik perhatian penulis lain.

Hal lain yang dapat dilakukan yaitu menulis fiksi, cerpen atau puisi. Tulisan itu tidak perlu referensi, cukuplah imajinasi dan kreasi. Meski bukan berarti ngarang saja semua, toh seting lokasi, perwatakan, dan permasalahan, tidak boleh tanpa landasan pada kenyataan sehari-hari.

Bagi karyawan dan wirastawan yang memiliki waktu terbatas untuk menulis maka perlu dilakukan penghitungan cermat untuk alokasi waktu menulis. Itu berarti juga harus berhitung berapa lama mencari referensi, berapa lama menulis, dan target waktu kapan mem-posting-nya.

Penutup

Tulisan ini menjadi catatan tersendiri bagi saya, karena meski sudah pensiun dan punya waktu banyak, tidak mungkin mengabaikan kegiatan dan tugas lain. Terlebih menulis di blog hanya bersifat suka-rela.  Namun satu hal yang pasti menulis itu perlu untuk menyampaikan ide, pengalaman, pandangan, dan bahkan juga aneka perasaan yang muncul terkait dengan isu tertentu di media massa.

Menulis memiliki peran sangat penting untuk merawat kedisiplinan membagi waktu/kegiatan, merawat ingatan dalam penggunaan bahasa dan gabungan kemampuan berbahasa (mendengar, membaca, menulis, melihat), serta yang sangat penting yaitu merawat ingatan, kewarasan, dari sifat pelupa, dan banyak lagi. Pendeknya, menulis juga berarti terapi.

Betul menulis itu gampang, tapi sekaligus tidak gampang. Maka betapapun banyak kendala, lakukan untuk terus menulis karena perlu dan penting, dan tidak layak ditinggalkan apapun alasannya. Sampai maut menjemput, sampai menutup mata…..! Begitu saja, Terimakasih untuk yang telah sudi menyimak, mohon maaf jika tidak berkenan. Wassalam.

Bandung, 2 April 2015

----

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun