Jokowi bukan siapa-siapa bagi saya, barangkali begitu pula bagi banyak kebanyakan orang lain. Tapi media berhasil meyakinkan saya, mungkin juga pemilih mayoritas pada capres, bahwa ia adalah sesiapa yang memberi banyak inspirasi. Dan bagi saya inspirasi itu saya wujudkan dalam bentuk tulisan sederhana, dengan fakta dan analisis ala kadarnya, tidak provokatif, dan tidak tendensius.
Di blog keroyokan Kompasiana, tulisan saya mengenai Jokowi dan Jusuf Kalla berupa komentar sudah dimulai dari jauh sebelum pilpres dilakukan. Tulisan lainnya dalam bentuk artikel dengan tema sederhana dan dari pemikiran sederhana saya.
Komentar atas tulisan Kompasianer lain
Artikel tentang Jokowi banyak ditulis para Kompasianer, sama banyak dengan tulisan mengenai capres lain, bahkan kemudian juga capres prabowo Subianto. Saya menanggapinya dengan keyakinan Jokowi lebih baik, dan memberi harapan jauh lebih baik pula untuk Indonesia. Terlebih jika dipasangkan dengan Jusuf Kalla.
Tulisan berjudul ‘Jokowi Bukanlah Kartu As Terakhir Megawati’, oleh Nicolaus, yang diposting pada 23 Maret 2014, pukul 08.45 wib, saya tanggapi :
Analisis yang bagus. Tapi saya lebih setuju JW dipasangkan dengan JK supaya JI alias Jayalah Indonesiaku. . .! Semua yang dicalonkan sebagai capres mendampingi JW, bahkan peserta konvensi partai apapun yang kualitasnya mumpuni dan terutama jujur, serta pejabat publik lain semisal Bu Risma yang terbukti bagus kinerjanya, kelak pantas masuk dalam kabinetnya JW dan JK.!!
Tulisan lain berjudul Nujuman Jusuf Kalla di Arena Pilpres’, oleh Yusran Darmawan, yang tayang pada 16 april 2014, 10.30 wib, saya komentari:
Tidak masalah JK menjadi cawapres lagi, mungkin ini lima tahun terakhir pengabdian beliau dalam Pemerintahan. Pasangan JW-JK ibarat murid dan guru, yang sangat solid menghadang beribu persoalan bangsa. . . .!
Tulisan lain berjudul ‘Jokowi Bakal Menang Karena Faktor “Emak-emak”, oleh Ellen Maringka, pada, 20 May 2014 | 09:57 , saya memberi komentar :
Tulisan ini ibarat sekali timpuk dua tiga pulau terlampaui. Gerakan menyerang dan mengelabuhi lawan terangkai begitu halus hampir tak terlihat, saat tiba-tiba sebuah tusukan menghunjam dalam dan mendalem banget, kesegala arah dan sasaran vital. Pokoknya lawan mati lemes kahabisan oksigen. . . .tinggal matanya yang ketap-ketip dengan linangan kesedihan yang tak tertahankan. Pertandingan belum dimulai tapi tanda-anda kekalahan lawan sudah membayangi. Menarik!
Selanjutnya tulisan berjudul ‘Maaf, Akhirnya Kuputuskan Dukung Pencapresan Prabowo’ oleh Elde, yang tayang 4 June 2014 14:16:25, komentar saya:
Mas Elde, wah . . . .! Makin edun saja dribling dan gocekan bola sampeyan untuk menuju gawang lawan, makin hebring semangat untuk memperlihatkan kepiawaian menyiasati lebar lapangan dengan stamina prima, insya Allah gol-gol ciamik bakal segera tercipta…! Inspiratif. Kampanye putih macam ini selain canggih juga menyehatkan. . . .hehe!
Dan akhirnya tulisan berjudul ‘Apa Sih Gunanya Ikut Mengomentari Capres?’, tulisan Delta Mara, pada 30 June 2014 | 10:49 , saya komentari:
Kalau sampai gontok-gontakan dan menghina memang salah, tapi soal membela. . . .ya seperti pilihan apapun yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, harus kita bela. Kita memilih sekolah/perguruan tinggi, memilih lapangan pekerjaan, memilih suami/isteri, memilih topik tulisan, atau bahkan sekedar memilih motif baju ‘kan ada argumentasinya. Dengan argumenasi itulah kita membela pilihan kita. . . . .hehe. Jangan merasa terganggu. Selamat memilih 9 Juli nanti, mbak!
Masih ada beberapa komentar lain yang berkaitan langsung, maupun tidak dengan Jokowi dan Jusuf Kalla semasa menjadi capres-cawapres. Lalu dimana sisi inspirasi itu dimunculkan dari kedua sosok? Ya, dari sisi visual: sikap, gaya bicara, senyum, cara berjalan, posisi tangan, cara berpelukan, dan banyak lagi. Kemudian dari sisi audio: getar suara, intonasi, pilihan kata, hingga kombinasi suara tertawa-bicara, termasuk substansi yang ingin disampaikan. itu lengkap di televisi, dan tinggal kesigapan kita mengikuti dan mengamati.
Tulisan Sederhana Bermuara pada Jokowi
Saya tidak pernah membuat tulisan khusus tentang Jokowi, karena saya merasa tidak cukup banyak mengamati, terlebih juga merasa tidak cukup kompeten. Karena itu saya buat tulisan sederhana, dan entah bagaimana pada bagian akhir sering saya menemukan ending yang terkait dengan Jokowi.
Berikut beberapa tulisan yang saya maksud:
1. ‘Nama Joko dan Jusuf Lebih Populer’, posting pada 30 Mei 2014 pukul 01:39 WIB. Tulisan ini hanya bersifat tebak-tebakan, mirip dengan pilihan menggunakan bantuan gajah, cumi-cumi, atau burung kakaktua. Tapi mirip tebakan ganjil atau genap jumlah batang korek api, jumlah rokok tersisa di bungkusan, menjumlahkan nomor mobil yang lewat, dan banyak lagi. Saya mengambil Buku Petunjuk Telepon untuk wilayah Bandung Barat dari Juni 2013-hingga 2014. Hasilnya:
Jumlah nama Joko 93 orang dan Jusuf 28 orang, sadangkan nama Hatta nol dan nama Prabowo 4 orang. Selanjutnya nama Widodo 1 orang dan nama Kalla nol, sedangkan nama Subianto 2 orang dan nama Rajasa nol. Total gabungan nama Joko Widodo dan Jusuf Kalla menjadi 122 orang, dan nama Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menjadi 6 orang. Kesimpulan nama Joko dan Jusuf lebih popular, dan popularitas itu menjadi salah satu modal untuk menang Pilpres pada 9 Juli 2014 mendatang.
2.“Segera Terbit Buku Baru Berjudul ‘Kampanye Hitam’” masuk kanal Catatan Harian, pada 11 July 2014 pukul 01:58 WIB. Tulisan ini bermaksud menyindir orang-orang yang mencari nafkah dengan cara sesat, yaitu melakukan kampanye hitam. Bagian tulisan tersebut yaitu :
Judulnya singkat-padat seperti tertulis pada judul tulisan ini “Kampanye Hitam’. Buku itu akan bercerita gamblang tentang cara penggalangan dana, pencarian ide dan pelaksana, cara kerja dan target, serta cara berkelit jika terungkap. Penulisnya tentu saja para pelaku di lapangan, yang sudah cukup makan asam-garam dalam mencari rejeki dengan cara membuat fitnah, hasutan, gunjingan, cerita bohong, manipuasi data dan fakta, memelintir isu, teknik ‘maling teriak maling’, dan aneka kekejian lain yang tidak terbayangkan oleh akal sehat dan manusia waras.
Buku ini tidak saja bercerita tentang kenekatan, keterpaksaan, kegilaan, kebencian, dan kerakusan manusia hingga dengan sadar mengumpankan diri untuk melakukan kejahatan, tetapi juga sosok abnormal disebaliknya, dan pihak-pihak tersembunyi pada kelakuan kriminal itu.
3. ‘Sampai Botak pun Nggak Bakalan. . . . .!’, masuk kanal Catatan Harian, tayang pada 16 August 2014 pukul 01:49 WIB. Tulisan ini sedikit mengupas fenomena kebotakan alami, serta kebotakan karena nazar, dan pula sebagai ungkapan. Berikut bagian dari artikel itu:
Sesuatu yang tidak mungkin, muskil, langka terjadi, atau ungkapan lain entah, dapat diungkapkan dengan ‘sampai botak pun. . . .’. Contoh: Sampai botak pun tidak bakalan pasangan PS-HR memenangkan kasusnya di MK kalau. . . . ! Setelah perang antar saksi, selanjutnya perang antar saksi ahli. Kita tunggu saja episode tele-‘novela’ selanjutnya.. . . .haha!
4. Panggung Sandiwara, Joko Widodo, dan Joko Bodo, tulisan berbentuk puisi, yang diposting 16 September 2014, pukul 23:23 WIB. Ide tulisan itu seputar janji politik yang tidak mungkin diwujudkan dengan cepat dengan cara-cara seperti para paranormal, satu diantaranya Joko Bodo. Bagian puisi itu :
Sedangkan Joko Widodo akan segera mengisi semua panggung publik// Bahkan pun pada panggung dadakan manakala rindu blusukan// Yang kemudian pastilah bakal menuai banyak kritik!
Inspirasi, Orientasi
Inspirasi sangat penting untuk memotivasi diri, dan bahkan menjadi orientasi. Selain Allah dan Rasul, bagi muslim bebas memilih siapa inspiratornya untuk menjalani hidup sehari-hari. Ada yang kedua orangtua, guru, kakak, tetangga, atau siapa saja. Namun Presidan ke tujuh Joko Widodo menjadi fenomena tersendiri untuk memberi inspirasi.
Dalam kaitan dengan tulisan, saya entah bagaimana awal mulanya, menginpirasikan sosok Jokowi. Maka lahirlah dari sana beberapa tulisan ringan, berupa komentar maupun artikel. Bagi penulis mumpuni mungkin sudah melahirkan buku baru. Tapi saya belum sampai tahap itu. Saya cukup puas menjadi ‘silent majority’, dan lebih puas lagi karena melihat hari ini Jokowi dan Jusuf Kalla dilantik meski dari layar televisi. Dan seperti semua orang, saya hberharap dibawa figur keduanya negeri ini akan adil-makmur-aman-sejahtera. Dalam bahasa agama, menjadi negeri yang ‘baldatun tayibatun wa rabbun ghofur’ (gemah ripah loh jinawi - sejahtera penuh keadilan). Insya Allah, amin YRA.
Bandung, 20 Oktober 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H