Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

(Jangan) Menulis Opini dengan Prinsip Ekonomi

8 Desember 2014   21:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:46 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ingin lebih fokus tentu saja mencermati lembaran-lembaran suratkabar, yang sudah direntangkan lebar. Mungkin dua atau tiga koran sekaligus. Yang pertama dan utama harus dicermati adalah headline/berita utama, lalu editorial/tajuk. Dua tulisan itu selalu bersangkut-paut. Editorial semacam ulasan yang disesuaikan dengan kebijakan redakonal, bahkan juga kebijakan pemilik media.

Intinya penentuan topik, dan kemudian kesimpulannya, tidak mungkin diperoleh dengan mudah. Perlu latihan, terus menggali dan memperhatikan. Tidak boleh apriori, cari gampang dan asal kritik semata didasari kepentingan tertentu, pesanan orang/partai/ golongan tertentu, terlebih sebatas cari sensasi.

Fakta dan opini
Setiap pewarta paham belaka mana fakta dan mana opini. Penulis opini pun sewajarnya mengerti, dan tidak mencampur-adukkannya. Setelah data-fakta-peristiwa maupun opini-orang-lain dikumpulkan sesuai yang diperlukan, baru dituliskan sesuai dengan alur pikiran kita. Dari sana kita mendapatkan opini yang lain disertai gagasan dan ide baru.

Kesimpulan itu sudah ada di dalam otak kita, seturut dengan logika yang kita bangun melalui aneka referensi tadi.

Agar tulisan kita dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka referensi atau sumber tulisan pun mestinya dari media arus utama. Bukan dari media sosial, apalagi dari komentar dan tanggapan yang tidak akurat. Bukan pula dari opini sendiri.

Penutup
Apa yang saya tulis ini didasari pengamati kecil, yang sepintas lalu dan tidak cermat. Terus terang saya belum sampai pada kemampuan menulis opini. Yang saya lakukan selama ini hanya mengembangkan isi berita dengan pendekatan agak berbeda. Bisalah disebut sekedar menulis kembali dengan sudut pandang agak lain. Tulisan saya belum sampai pada opini yang eksploratif (mengungkap fakta), preskriptif (memberi tuntunan), apalagi prediktif.

Itu saja hal sederhana yang melintas dalam pikiran saya. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun