Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jodoh untuk Rasimah (Cerpen #1)

25 Desember 2014   20:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:28 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TERLELAP dengan menahan dingin dan lapar, sampai pagi. Dan sebuah kota asing menyongsongnya. Keramaian stasiun seperti begitu saja menyeruak. Hiruk-pikuk lalu lintas di sebelah sana. Matahari pagi mulai memanggang teriknya.

Rasimah merasa teramat letih, lapar, dan kotor. Ia bangkit dari pasir, dan terduduk di gerbong pasir dengan bingung. Banyak lintasan rel lain terisi deretan gerbong yang berhenti. Ada juga gerbong yang disesaki  penumpang kelas ekonomi yang menunggu pemberangkatan. Suasana hiruk-pikuk makin membingungkan Rasimah.

-Tersesat? Atau memang minggat?- tiba-tiba sebuah suara mendengus di telinga. Rasimah terlonjak, reflek menoleh.

Lelaki kecil dihadapannya itu memamerkan deretan gigi yang kekuningan. Mulutnya meruapkan bau alkohol. Muka tipis tak terurus, juga kulitnya yang rusak dipenuhi coretan tatto. Rasimah menduga umur lelaki kecil itu tak berpaut jauh dengannya. Tapi senyum itu tegas mengancam. Apalagi sebuah obeng digenggamnya erat, dan dihunuskan di uluhati Rasimah.

-Kamu mau apa?-gumam Rasimah lirih.

-Apa saja yang kamu punya?- ganti tanya. Masih meringis kayak serigala siap menerkam anak domba.

Rasimah berpikir keras mencari akal. Aku harus selamat, pikirnya. Bebas dari ancaman. Lari, minggat! Genggam jemarinya segera meremas pasir. Lalu cepat gerak reflek tangannya mengibas, memercikan serbuk pasir sekuatnya. Tak pelak segenggam butiran hitam menghajar muka, kuping, hidung, mata. Seketika berandal cilik itu melengking mirip seruling. Kemudian menghambur serabutan menerjang-nerjang. Pada saat yang sama  sebuah lokomotif dengan  bunyi mesinnya yang riuh melintas di rel enam.

-Mampus!- pekik Rasimah. Geramnya puas, sadis, dan lega!

Rasimah dibawa ke kantor polisi. Ia mendekam beberapa hari sebelum dilepas. Ceritanya meyakinkan Pak Polisi. Jepri Tengik, nama lelaki kecil bertatto itu, tak lain hanya seorang penodong, penjambret, pemabuk. Namun sesekali tak canggung ia untuk melukai dan memperkosa korban! Dan  pada pagi yang hangat itu ia memilih untuk menjadi serpihan!

(bersambung ke DUA....)


sumber gambar - www.ngwoonlam.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun