terngiang kenang, berserak dicincang gelombang,
ditikam terik yang memanggang
jalan-jalan lengang menyusuri bait-bait puisi
pada hitam rambutmu yang panjang
pada tarian bola matamu yang gagal kubawa pulang
kau sesamar bayang, aku segelap cahaya ruang
aku menyebutnya syahdu
saat kucium harum wangi hitam rambutmu, yang dipermainkan angin penuh rasa cemburu
sepeda tua itu terlalu gagah meringkus tubuh mungilmu,
yang meringkuk manja di atas palang besi
meluncur perlahan dan berharap kita tersesat dan
terlambat pulang
jujur,
aku tak bisa melupakannya
meski setiap kuingat, uban di rambutku
rontok satu-satu
sungguh,
aku tak mampu menghapusnya,
meski setiap kuingat, gigi goyangku
tanggal satu-satu
Jogja, 1982-2021
Puisi Sugiyanta Pancasari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H