Mohon tunggu...
Sugiyanta Pancasari
Sugiyanta Pancasari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Cerita dan Catatan" Yang tak boleh menua, dilumat usia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lambaian Pucuk Cemara

18 Maret 2021   23:19 Diperbarui: 18 Maret 2021   23:25 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

matahari beringsut perlahan dalam balut senja warna jingga
garis-garis dan lapis awan berarak berbaris tipis gerimis

pada pucuk cemara di tepian cakrawala, rona merah muda berkelana menyalakan buih rindumu yang mulai ragu-ragu

teramat panjang ingatan melawan kenangan yang tumbuh menjulang serupa bayang-bayang

sebelum matahari tenggelam kusematkan hasrat yang telanjur tersesat
mimpi yang terlambat bangun dibuai hangat yang mengunggun

kubaca lambaian tanganmu tersenyum kelu seperti gelora yang sendirian tertatih meniti perih yang gagal mendidih

sejauh-jauh tanganku merengkuh, redup degupku jalan paling kuncup dalam lipatan kelopak-kelopak doamu yang gigih melepas sauh

pada remang cahaya bintang, kita bergandeng erat selaksa cangkang yang retak dan memecah saat terdesak kerinduan yang terjatuh setinggi awang-awang

bersama kelam dan lebam yang terperam, bait-bait puisi dalam menghunjam selepas napasku dan napasmu sesak terisak dan terdiam

Jogja, 18 Maret 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun