Mohon tunggu...
Kang Sugita
Kang Sugita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

seorang bapak guru di pelosok gunungkidul

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Seharian Menikmati Wisata Blitar

1 Januari 2013   02:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:42 1264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

25 Desember 2012, hari kedua kami ber home base di rumah kakak di kota Wlingi, Blitar. Diawali dengan menikmati irama musik alam dari musisi mungil di tengah persawahan, setelah berbagai persiapan dan rencana; terpaksa rencana berganti dengan rencana B,  karena cuaca hujan yang lumayan, meski tidak deras. Meninggalkan rumah sekitar jam 10.00, kami menuju ke rumah orang tua kakak di wilayah Kesamben masih di Blitar. Dalam rintik hujan yang mengiringi, dua mobil beriringan menuju rumah Bapak Gondo Sudarmo, salah satu dalang wayang kulit di Blitar. Kedatangan kami disambut hangat, karena sebagian dari kami memang baru datang untuk pertama kalinya di rumah ini. Setelah beramah-tamah dan makan siang, serta sholat,  perjalanan kami kami lanjutkan mengunjungi tempat bersejarah, yaitu Makam Proklamator Indonesia, Ir. Sukarno. [caption id="attachment_225049" align="alignnone" width="300" caption="di pelataran makam sang proklamator"][/caption] Setelah mendapatkan tempat parkir, kami beriringan memasuki areal pemakaman. Diawali dengan mengisi buku tamu (tanpa dipungut biaya tiket) kami memasuki areal makam melalui sebuah gapura yan menjadi pintu gerbang. Di dalam telah banyak rombongan peziarah, melakukan doa dan tahlil mauun membaca Yaa Siin. Di areal makam ini, kami tidak berhenti lama, kami meninggalkan tempat pemakaman melawan arus mereka yang masuk, untuk memasuki Museum/Perpustakaan yang berada di sisi selatan. [caption id="attachment_225052" align="alignnone" width="300" caption="Batu prasasti pada makam Bung Karno"]

13570058131979999803
13570058131979999803
[/caption] Dalam museum yang terbuka umum dan gratis ini, disajikan potongan sejarah Indonesia, terutama yang berkaitan langsung denganBung Karno, dari masa kecil, masa sekolah, masa perjuangan, masa memimpin negara hingga meninggalnya. Salah satu bagian yang menarik perhatian saya adalah perbedaan isi teks Proklamasi asli hasil tulisan tangan dengan hasil ketikan. Meski beda waktu antara saat penulisan teks asli dengan penyalinan dalam ketikan tidak lama, namun perbedaan itu nyata adanya. [caption id="attachment_225056" align="alignnone" width="300" caption="naskah asli teks proklamasi dalam bentuk tulisan tangan"]
13570060451104751809
13570060451104751809
[/caption] Bandingkan dengan salinan aslinya dalam bentuk ketikan berikut ini.

[caption id="attachment_225073" align="alignnone" width="304" caption="salinan asli teks proklamasi hasil ketikan"]

13570071541712464756
13570071541712464756
[/caption] Meninggalkan lokasi bersejarah ini, kami beriringan menuju salah satu situs peninggalan sejarah, yaitu Candi Penataran. Dengan biaya tiket Rp. 2.000,- kami memasuki areal candi yang tengah dalam penataan terutama pada pagar kelilingnya. Situs ini tidak terlalu luas, dengan satu candi induk yang tidak terlalu tinggi, di depannya terdapat sebuah candi yang relatif kecil yang cukup utuh. Satu hal yang saya perhatikan, salah satu ciri khas dari candi ini adalah adanya motif Naga yang senantiasa menghiasi badan candi. Motif naga ini sangat jarang ditemui pada candi-candi di Jawa Tengah. Pada beberapa bagian terdapat susunan candi dari batu bata merah, yang untuk menjaga keawetannya dilindungi pagar.

[caption id="attachment_225074" align="alignnone" width="300" caption="di antara dua Dwarapala Candi Panataran"]

1357007769475981378
1357007769475981378
[/caption] [caption id="attachment_225075" align="alignnone" width="300" caption="Di atas candi induk dengan latar belakang salah satu candi yang utuh"]
13570079161231401079
13570079161231401079
[/caption]

Karena cuaca mulai gerimis dan sudah sore, kami memutuskan untuk kembali ke home base. Dalam perjalanan pulang, kakak  mampir di warung Uceng untuk membeli dua bungkus Uceng goreng, yang ternyata ketika kami pulang ke Jogja kedua bungkus Uceng itu disertakan dalam bungkusan oleh-oleh kami.

Salah satu komentar kakak adalah "orang Prambanan koq nengok candi Penataran".......... Memang dari sisi kemegahan, Candi Prambanan jauh lebih megah dan lebih terkenal, karena masalah pengelolaan. Jika Candi Penataraan ini pengelolaannya diperbaiki, mungkin juga akan banyak menyedot pengunjung. Selama kami berada di lingkungan candi ini, saya perkirakan banyaknya pengunjung tidak lebih dari 100 orang, mengingat di tempat parkir hanya ada 7 mobil minibus, dan beberapa pasangan muda dengan motornya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun