Mohon tunggu...
Kang Sugita
Kang Sugita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

seorang bapak guru di pelosok gunungkidul

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Esemes

31 Januari 2011   16:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:01 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bani duduk termangu sambil memandangi layar kecil di tangannya. Nampak sekali wajahnya berpikir keras, entah apa yang terjadi dengan barang di tangannya. Melihat keadaan itu, Bejo mendekati dan bertanya. "Sedang apa Bani......... saya perhatikan sejak tadi wajahmu nampak serius. Apakah ada masalah yang mengganggu pikiranmu?" sapa bejo sambil duduk di dekat Bani. Bani menggaruk-garuk kepalanya. "Ini, Jo. Saya bingung harus bagaimana. Selain itu juga saya takut" "Lho...... memangnya ada apa. Mengapa mesti bingun dan takut?", sambung Bejo tidak paham. "Ada permintaan yang sebenarnya sederhana dan tidak berat. Tetapi saya tidak yakin saya sanggup memenuhinya" jawab Bani "Permintaan apa.......... dan dari siapa? Kalao memang sederhana, mengapa kamu tidak yakin sanggup memenuhinya." Bejo serius ingin membantu Bani temannya. Bani menarik nafas panjang, kemudian menyodorkan telepon gegmanya kepada Bejo. "Coba engkau baca sendiri saja, terus beri saran saya harus bagaimana memenuhinya". Bejo menerima ponsel itu dan kemudian membaca sebuah pesan yang tertulis di dalamnya. "Tolong kirim pulsa sebesar 25.000, ke nomor hp bapak yang baru, 0890909090. Saat ini bapak sedang di kantor polisi sedang ada masalah, dan kehabisan pulsa. Nomor yang saya pake ini nomor milik pak polisi." "Bagaimana, Jo? Engkau bisa membantu saya mengirim pulsa ke  bapak saya?" tanya Bani sambil tersenyum. "Cuma pulsa 25.000............. gampang. Kalo engkau tak ada uang, pakai saja uang saya. Tak usah engkau  sedih" sahut Bejo serius. "Emangnya Bejo yakin akan sampai kepada bapak pulsa yang akan kita kirim?" sambung Bani sambil mengernyitkan keningnya. "lho.... khan nomornya jelas. Pasti sampai" jawab Bejo yakin. "Kamu ini stress apa pikun, Jo?" "Emangnya ada yang salah dengan tawaran saya?" Bejo menjadi salah tingkah dibilang stress dan pikun. "Coba pikir dengan jernih. Apakah ustadz kita pernah mengajarkan bahwa di lam barzah ada jaringan telepon satelit?" lanjut Bani "Haaaaaah......................... totlol aku. Baru sadar, seminggu lalu aku ikut memikul keranda jenazah bapakmu, Bani. Hahahahahahahahahahahaha........................... mana mungkin kirim pulsa ke alam kubur" Bejo tertawa ngakak menyadari kesalahannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun