Mohon tunggu...
Kang Sugita
Kang Sugita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

seorang bapak guru di pelosok gunungkidul

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berkunjung Ke Pabrik Gula : Prosesmu Tidak Semanis Rasamu

29 Juli 2010   10:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:29 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_209150" align="alignleft" width="300" caption="Tiba di Pabrik Gula Tasik Madu"][/caption]

Sebuah kunjungan ke Pabrik Gula Tasik Madu, Karanganyar, dilakukanoleh siswa-siswi SMP Negeri 3 Gedangsari, Gunungkidul, pada tanggal 22 Juni 2010. Kunjungan ini dimaksudkan sebagai upaya pengenalan kepada siswa mengenai proses produksi salah satu barang konsumsi yang sangat akrab bagi mereka, yaitu gula Kristal putih atau biasa disebut gula pasir.

Perjalanan dari Gunungkidul menuju pabrik gula peninggalan KGPAA Mangkunegoro IV dimulai pada pukul 07.00. Jam 09.30 – 10.45 singgah di Waduk Gajahmungkur yang termasyhur di Wonogiri, dan tiba di lokasi pabrik pada jam 12.45. Setelah istirahat sebentar untuk sholat dhuhur, robongan diterima Humas Pabrik Gula Tasik Madu, kemudian dibimbing seorang pemandu memasuki bangunan pabrik untuk mengetahui proses produksi.

Bagian yang pertama dikunjungi adalah tempat kedatangan tebu dari kebun, tempat penimbangan, yang langsung berhubungan dengan StasiunGilingan. Suara bising mesin-mesin, yang sebagian merupakan mesin baru yang serba otomatis, namun sebagian yang lain berupa mesin peninggalan lama yang sudah digunakan sejak pabrik ini pertama kali didirikan pada awal abad ke 18. Panel-panel listrik dengan tegangan tinggi mengatur suplai energy yang menggerakkan sebagian mesin-mesin.Namun pada bagian Stasiun Masakan, terlihat tumpukan kayu bakar dan limbah (ampas tebu yang dipress besar-besar digunakan untuk menyalakan tungku-tungku raksasa untuk memasak cairan tebu yang dialirkan dari Stasiun Gilingan.

Dengan suhu udara sekitar 39 oC, maka suasana di dalam pabrik jelas sangat panas bagi orang yang belum terbiasa. Keringat para siswa maupun guru pendamping bercucuran ketika mendengarkan penjelasan pemandu. Aroma yang ditimbulkan oleh proses produksi pun tidaklah enak, sehingga sebagian besar pengunjung terpaksa menutup hidungnya dengan masker.Pada bagian pemurnian terlihat lelehan coklat kental dari cairan tebu yang telah melewati Stasiun Masakan. Dan setelah melalui proses pemurnian dengan beberapa bahan kimia tertentu, tibalah butiran Kristal gula berwarna putih berjalan pada sabuk berjalanyang bergerak seperti orang menampi beras.Pada bagian inilah produk akhir gula Kristal putih (gula pasir) dikemas, dan kemudian masuk ke pergudangan.

Sungguh, proses produksi gula pasir tidak semanis rasanya ketika sudah beredar di pasaran. Setelah puas menerima penjelasan dari pemandu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihakmanajemen pabrik, dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Tawangmangu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun