Mohon tunggu...
Kang Sugita
Kang Sugita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

seorang bapak guru di pelosok gunungkidul

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Separoh Rute

20 Juni 2010   03:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:25 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, setelah menyaksikan acara lensa olahraga di anteve, aku keluarkan sepeda kayuh kesayanganku. Aku memulai perjalanan ke arah utara, sampai diluar dusun aku telusuri jalanan tepi dusun ke arah timur, kemudian berbelok ke selatan menuju selokan mataram yang legendaris. Mengikuti aliran selokan mataram ke arah timur hingga di Proliman kearahkan sepeda ke utara, lewat depan kantor Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kalasan, dan Gedung Dakwah Muhammadiyah, terus ke utara. Sampai pertigaan Tulung, aku belok ke barat mengikuti jalur alternatif ke arah Magelang, ke utara sampai Puskesmas Ngemplak.

Satu hambatan saya rasakan, betis kaki kiriku terasa sakit untuk mengayuh di medan yang agak menanjak. Maka kubelokkan sepeda ke barat menuju arah Pasar Jangkang, namun sampai di dusun Karanganyar, aku putuskan ambil arah ke selatan menyusuri jalan aspal kecil yang lumayan bagus. Di jalanan yang lumayan sepi ini aku menikmati segarnya udara dan pemandangan sawah dan para petani yang sedang sibuk bekerja. Di sebuah pertigaan aku ambil arah ke barat melewati dusun Kaliwaru, dengan pasar bibit ikannya, kemudian menuju ke selatan, perempatan Sidorejo, terus ke selatan.

Dalam perjalanan pagi ini ada beberapa rombongan kecil pesepeda yang kelihatannya sudah tergabung dalam klub atau group tertentu menilik seragam yang mereka kenakan. Sementara saya sendiri, tanpa atribut apapun, dengan celana pendek dan kaos sederhana, mengayuh sepeda tanpa sepatu (pakai sandal jepit). Tegur sapa dengan sesama pesepeda dengan sapaan singkat "monggo pak....." atau sekedar "kring" bunyi bel sepeda murahan seharga Rp. 11.000.

Tiba kembali di rumah, ternyata saya telah menghabiskan waktu selama perjalanku pagi ini selama satu setengah jam. Meski rute perjalananku pagi ini tidak lebih dari separoh rute biasanya, bahkan mungkin hanya seperempat atau sepertiganya, namun karena hambatan rasa sakit di kaki kiriku, rasanya sudah cukup memuaskan. Kulihat anakku yang kecil tengah berdandan, persiapan "wisuda" TKIT Ukhuwah islamiyah bersama ibu dan kakaknya.

Ketika kuhidupkan komputer dan ingin on line, ternyata jaringan telepon tengah mengalami masalah. Aku yakin demikian, sebab ketikan aku mencoba menelpon tetangga pada pesawat telepon kabelnya juga tidak bisa terhubung. Dan baru pada jam 10.00 lewat, telepon dapat kembali tersambung, dan saya dapat kembali on line.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun