Mohon tunggu...
sugiman
sugiman Mohon Tunggu... Dosen - dosen yang pegiat penyandang disabilitas

Saya dosen matematika UNNES

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jogo Saputro dan Permasalahan Belajar dari Rumah

6 Desember 2020   21:49 Diperbarui: 7 Desember 2020   00:56 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 mengharuskan anak-anak sekolah harus belajar dari rumah (BDR) melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kebijakan Mendikbud ini untuk memutus mata rantai penularan dan membatasi penyebaran virus corona dan menghindari munculnya cluster-cluster yang berasal dari satun Pendidikan. BDR sudah hampir berlangsung 10 bulan, BDR menimbulkan masalah baru baik yang dirasakan anak, orangtua, dan guru. Anak mengeluh sudah jenuh, merasa kesulitan memahami pelajaran dan tugas-tugas dari guru, boros kuota internet, jaringan internet tidak stabil, , dan lain-lain. Sementara permasalahan yang dirasakan orangtua selama pelaksanaan BDR antara lain orangtua merasa kesulitan dalam mendampingi dan membimbing anaknya belajar di rumah. Beberapa kendala yang dialami orangtua antara lain; (1) keterbatasan orangtua dari sisi waktu, sehingga mereka tidak maksimal mendampingi dan membimbing anak-anaknya, karena harus bekerja,  (2) keterbatasan orangtua dalam menggunakan teknologi. Masih ada orangtua yang tidak bisa menggunakan WhatsApp dan tidak bisa menggunakan aplikasi untuk menunjang pembelajaran daring, (3) keterbatasan fasilitas orangtua, tidak mempunyai android, keterbatasan kuota internet, tidak mempunyai fasilitas wifi, dan (4) keterbatasan pengetahuan orangtua, sehingga orangtua sudah tidak mampu membimbing dan mendampingi anak-anaknya dalam menyelesaikan tugas-tugas anaknya. Tentunya permasalahan-permasalahan orangtua ini menjadi kendala dalam efektivitas pelaksanaan BDR, maka harus dicari solusi. Hal ini tidak boleh dibiarkan, sebab akan berdampak pada kualitas pendidikan bagi anak-anak kita.

Bagaimana mewujudkan BDR selama pandemi covid-19 ini tetap asyik, anak merasa nyaman, senang, dan tidak stress demikian juga orangtua?.  Di balik masalah yang muncul dari pandemi covid-19 ternyata ada hikmah dan pembelajaran kepada kita. Pandemi covid-19 menyadarkan kita semua untuk saling peduli sesama dan gotong royong. Untuk mengatasi permasalahan covid-19 tidak bisa kita selesaikan sendirian tetapi perlunya kebersamaan semua elemen baik lingkungan keluarga dan masyarakat. Pandemi covid-19 juga menyadarkan kepada kita semua bahwa pendidikan itu tidak hanya bisa dilakukan di sekolah tetapi dapat dilaksanakan di rumah. Pembelajaran yang efektif membutuhkan kolaborasi yang baik antara tiga komponen, yaitu  guru, siswa, dan orangtua. Tanpa kolaborasi itu, pendidikan yang efektif tidak mungkin terwujud.  Sekolah, masyarakat, dan keluarga merupakan ekosistem pendidikan yang harus bersinergi untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sejalan dengan pemikiran Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat dinamakan Tri Pusat Pendidikan. Setiap lingkungan tersebut mempunyai peran yang sangat penting dalam mempengaruhi perkembangan dan pembentukan karakter serta kepribadian anak. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam masa pandemi covid-19 ini, orangtua atau wali siswa pasti akan memainkan peran besar  dalam membantu keberhasilan anak-anaknya dalam BDR. Oleh karena itu peran orangtua di masa pandemi ini sangat besar dalam mewujudkan tujuan pembelajaran. Peran orangtua dalam situasi pandemi Covid-19 ini memiliki kedudukan yang fundamental, karena berhasil dan tidaknya pembelajaran BDR yang telah dirancang guru kepada muridnya sangat dipengaruhi oleh peran orangtua. Apalagi untuk jenjang PAUD dan pendidikan dasar, mutlak dukungan orangtua dalam pembelajaran jarak jauh sangat diperlukan. Peran orangtua dalam mendukung keberhasilan BDR sebagai berikut. (1). Orangtua memiliki peran sebagai guru pengganti di rumah, artinya orangtua berperan menggantikan peran guru selama ini baik dalam membimbing dan mendampingi anaknya dalam belajar dan mengerjakan tugas-tugasnya  selama pembelajaran dari rumah. (2). Orangtua sebagai fasilitator, artinya orangtua bertanggung jawab menyediakan diri untuk terlibat dalam membantu belajar anak di rumah, baik dalam pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. (3). Orangtua sebagai motivator, artinya orangtua dapat memberikan semangat serta dukungan kepada anaknya dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh, sehingga anak memiliki semangat untuk belajar, tidak bosan, tidak stress menghadapi pandemi covid-19. (4). Orangtua sebagai pengarah, artinya orang tua mempunyai peran untuk selalu membimbing dan mengarahkan anaknya sesuai dengan bakat dan minatnya  agar dapat mencapai keberhasilan di masa yang akan datang.

Istilah “Jogo Putro”  berasal dari dari Bahasa Jawa “jogo” artinya menjaga  dan “putro” artinya anak. Jogo putro dimaksudkan sebagai gerakan masyarakat untuk membantu orangtua dan anak dilingkunganya dari keresahan orangtua dan anak-anak dalam BDR. Jogo putro muncul dari kesadaran setiap individu anggota masyarakat dan keprihatinan terhadap layanan pendidikan di masa pandemi covid-19. Jogo Putro merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam pendidikan baik di lingkungan dasa wiswa (dawis), PKK, Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), maupun lingkup yang lebih luas. Tidak ada persyaratan menjadi anggota “jogo putro”, yang dibutuhkan adalah individu yang memiliki komitmen terhadap keberlangsungan pendidikan yang baik dan bermakna untuk anak-anaknya.  Tidak ada gaji, upah, honor atau lainnya dalam jogo putro, yang ada adalah kepedulian, pengabdian, dan kebersamaan untuk mewujudkan “Guyub Rukun Paseduluran Saklawase”. Anggota jogo putro bisa berasal bapak-bapak, ibu-ibu PKK, dan Karang Taruna di lingkungannya. Jogo putro merupakan kegiatan kemanusiaan yang dilandasi rasa senang, ikhlas, dan peduli. Semangat itu menjadi energi positif  lingkungan dan membuat orangtua, anak-anak di sekitarnya lebih percaya diri, optimis dalam menghadapi persoalan-persoalan BDR di masa pandemi covid-19.

Peran jogo putro adalah membantu orangtua yang tiba-tiba harus menggantikan guru kelas pada masa pandemi untuk memberikan pendampingan dan pembimbingan kepada anak-anaknya. Sasaran jogo putro adalah anak-anak usia PAUD/TK,  SD, dan SMP yang terkendala dengan pembelajaran jarak jauh. Mereka perlu pendampingan langsung bagaimana mengenal huruf, angka, menulis permulaan, membaca permulaan. Komunitas ini  diajak membantu orangtua yang seharusnya membimbing dan mendampingi anak-anaknya saat BDR , tetapi mereka terkendala  “keterbatasan”. Prinsip kegiatan jogo putro adalah anak tetap senang (joyful), tidak ada paksaan, dan tetap mematuhi protokol kesehatan.  Konsep “jogo putro” adalah usaha sadar dari setiap individu anggota masyarakat RT05 RW09 Griya Dukuh Asri, Kota Salatiga akan keberlangsungan, kebermaknaan, dan kualitas layanan pendidikan bagi anak-anaknya. Jogo putro lebih bersifat insindental meskipun bisa dipermanenkan sebagai program kegiatan lingkungan untuk membantu orangtua dan anak-anaknya yang mengalami keterbatasan selama pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi covid-19. Jogo putro merupakan gambaran best practice  atau praktik baik implementasi peran lingkungan masyarakat untuk mewujudkan pembelajaran BDR yang efektif, dan bermakna.

Harapan selanjutnya menjadikan pembelajaran BDR lebih berkualitas, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.  “Jogo Putro” bentuk peran serta masyarakat di lingkungan RT05 RW09 Griya Dukuh Asri untuk membantu kesulitan belajar bagi anak-anaknya  dan kesulitan orangtua dalam membimbing dan mendampingi belajar anak-anaknya di masa pandemi covid-19. Oleh karena jogo putro juga sebagai imuno kompetensi bagi orangtua dan anak-anak masalah psykologi akibat kesulitan belajar dari rumah pada masa pandemi ini.  Program “jogo putro” salah satu praktik baik peran masyarakat  sebagai bagian tripusat pendidikan dalam mendukung keberhasilan BDR, selanjutnya berdampak pada pembelajaran yang berkualitas dan pada akhirnya akan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Program ini sebagai alternatif solusi untuk membantu orangtua dan siswa untuk mengatasi permasalahan “keterbatasan” yang dimiliki orangtua. Dengan demikian orangtua akan mampu mengambil peran sebagai guru pengganti saat pelaksanaan BDR. Semoga pemikiran yang kecil dan sederhana ini membantu mewujudkan pembelajaran jarak jauh yang efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun