Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabat Terbaik

4 Januari 2020   06:00 Diperbarui: 10 November 2021   13:39 8058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surat-surat yang Tak Terkirimkan (3)

Iing Lukman,

"Sejak dulu saya cenderung tertutup, jarang menceritakan kehidupan pribadi kepada orang lain. Kali ini saya akan menceritakan seorang teman terbaik yang pernah saya temui dalam kehidupan saya. Dia tahu hal-hal yang tidak diketahui oleh kebanyakan teman yang saya miliki. Dan saya percaya sepenuhnya kepadanya. Ia seorang teman yang istimewa, seorang pria, bukan berarti pasangan, pacar atau tunangan. Mungkin karena dia seorang pria, dia dapat menjadi teman terbaik saya. Pria cenderung lebih rasional  dibandingkan wanita yang lebih emosional". Demikian kau mengawali kisah yang kau ceritakan kepadaku.

Pertama kali kau kenal dengannya, dia cenderung kaku terhadap wanita. Kau menganggapnya tak beda dengan yang lainnya. 

Setelah kau tahu pandangannya tentang berbagai hal, kau mulai dekat dan berbagi cerita dengannya. Dia pria yang taat beribadah, rendah hati, hampir tidak pernah membicarakan kejelekan orang lain.

Mengenai hal terakhir itu, nampaknya kau harus banyak belajar darinya, katamu. "Jangan pernah membicarakan kejelekan orang lain," katanya padamu berkali-kali. Sulit mungkin, tetapi kau harus memulainya dari sekarang secara bertahap.

Hari terus berlalu. Kau mulai membuka diri kepadanya. Kau ceritakan tentang keluarga, orangtua, adik dan kakak. Dia bersimpati mendengar ceritamu. Mungkin karena keadaan keluargamu yang unik. 

Dia memberi nasihat kepadamu, bagaimana seharusnya bersikap dalam menghadapi suatu masalah baik di rumah maupun dengan teman.

Kau merasakan betapa enaknya memiliki teman yang dapat memberikan pandangan dari sisi lain. Setidaknya kau mendapat gambaran bagaimana  seharusnya sikapmu  dalam menghadapi permasalahan yang kau hadapi jika kau seorang pria, sehingga kau tidak terlalu egois dalam menghadapinya.

Begitu pula dengannya, dia bercerita tentang keluarganya, dan kau suka mendengar cerita tentang keluarganya yang harmonis, penuh kehangatan, tawa canda dan senda gurau.

Pernah sekali kau berkunjung ke rumahnya. Saat itu kebetulan dia bersama beberapa teman lain sedang berada tak begitu jauh dari rumahnya karena ada tugas dari kampus. Orang tuanya begitu gembira menyambut kedatangan saya dan teman-temannya yang lain. Sangat ramah, hangat dan penuh persaudaraan.

Kemudian kau tahu mengapa sikapnya terhadap wanita cenderung kaku. Ternyata dia mengaku bahwa baginya, wanita itu adalah ibu, karena itu dia sangat menghargai dan menghormati semua wanita seperti dia menghormati dan menghargai ibunya. Melihat dan mendengar cerita tentang kedekatan dia dengan ibunya,  kau merasa iri.

Orang yang melihat kedekatanmu dengannya, mungkin akan menganggap ada sesuatu di antara kalian berdua. Bagimu, hal itu tidak terlalu penting karena baik kau maupun dia masing-masing telah memiliki pasangan, dan pasangan kalian masing-masing telah sama-sama mengetahuinya, bahkan saling berkomunikasi.  

O, persahabatan yang sangat indah! Begitu desismu. Persahabatan diawali tatkala  saling kepercayaan mulai terbentuk. Oleh karena itulah ada pepatah: Mencari pacar itu sangat mudah dibandingkan dengan mencari seorang sahabat sejati.

Sahabat sejati adalah sahabat yang siap membantu kita terutama saat kita galau dan sedih, berbagi kebahagiaan di mana kita memang sedang bahagia, katamu. Itulah yang kau dapatkan dari dia. 

Dia gembira saat kau gembira, bersimpati kala kau sedih, memberi nasihat saat kau memerlukannya Dia bisa menjadi pendengar yang baik pada saat kau membutuhkan seseorang untuk bisa mendengarkan segala keluh kesahmu. Dari sikapnya itulah kau berusaha untuk bisa menjadi sahabat baik baginya juga bagi semua temanmu yang lainnya.

"Lakukanlah sesuatu untuk sahabat dengan tulus hati, jadilah sahabat yang baik bagi semua orang. Dengan begitu, kita akan mendapat sahabat yang baik pula yang bersedia menolong kita dengan tulus hati seperti kita tulus memberikan pertolongan kepada mereka." Demikianlah Ing, kata-kata yang kau ucapkan sebagai kata penutup kisahmu kepadaku.

Iing yang baik, terus terang ketika saya mendengarkan kisahmu yang begitu indah, saya merasa terkagum-kagum kepadamu. Betapa tidak. Setiap kata-kata yang keluar dari mulutmu laksana aliran melodi yang begitu indah. Teratur, sarat makna dan penuh penghayatan. Aku jadi teringat akan kata-kata seorang penyair Prancis, Rainer Maria Rilke yang mengatakan, ...Kebaikan dan keindahan semata memenuhi diriku. 

Aku sepotong besi yang akan lantas pijar, dan palu berganti-ganti mendera..." Begitulah Ing, kata-katamu yang tersusun rapi, melodius, puitis itu membuat siapa pun yang mendengar atau membacanya laksana mendengarkan alunan melodi indah, kata-kata bermakna, yang menggugah kesadaran, menggedor hati. Indah didengar, sejuk dirasakan.

Itulah indahnya persahabatan Ing! Seperti yang kau rasakan, aku juga merasakan betapa keindahan itu merayapi ulu hati kita dan memberikan wawasan baru bagi kita untuk senantiasa menerapkan hukum alam : menabur dan menuai.

Siapa yang menabur dialah yang menuai. Apa yang kau taburkan, itulah yang kau tuai. Kebaikan yang kau tebarkan akan menghasilkan kebaikan pula yang bakal kau tuai. Dan dalam nuansa lain kau mengaku banyak belajar dari persahabatan yang tulus itu.

Keterbukaan sikap, kelembutan, kepedulian dan ketulusan itulah kekuatanmu Iing! Aku yakin jika kekuatan-kekuatan ini kau pertahankan apalagi kau tingkatkan, maka kau tidak hanya menjadi seorang sahabat yang menyenangkan, tetapi sekaligus juga pribadi yang pantas dibanggakan. 

Berbahagialah orang yang berhasil mendapatkan cintamu Ing. Dan lebih berbahagia lagi orang yang menjadi sahabat-sahabatmu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun