Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[HUT RTC] Merenungi Ahok

19 Maret 2016   10:21 Diperbarui: 19 Maret 2016   11:06 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar: muslim.or.id"][/caption]

Minggu ketiga: Terinspirasi lagu

 

 MERENUNGI AHOK

Ahok memang anomali. Ia memang ketidaknormalan, penyimpangan dari normal, kelainan (KBBI). Ia berani melawan arus, menjungkirbalikkan kemapanan, dan membuat gerah siapa saja yang melihatnya. Semoga fenomena Ahok menegaskan teori Thomas S. Kuhn. Ahok adalah bencana sekaligus keberuntungan (anugerah). Bencana yang membuat “kebakaran jenggot” bagi orang yang tidak sehaluan, yang suka berkutat pada kemandekan, kemapanan, zona nyaman dan status quo. Anugerah atau Keberuntungan bagi orang-orang yang mau maju, berubah, “move on”,  berpikir optimis, positif, merevolusi mentalnya.  

“Gara-gara Ahok, logika menjadi dungu, DPR menjadi ‘kampungan’,” kata Asaaro Lahagu.*)

“Masak, keimanan saya berkurang gara-gara pilih Ahok?” kata Sholehudin Abdul Aziz. **)

“Jika mengaku ada beking di belakang teman Ahok, sama saja tidak percaya Jokowi,” teriak Biyanca Kenlim dari Hongkong. ***)

Mike Reyssent mengatakan, “Pilkada DKI yang masih setahun lagi, sudah mulai panas membara, terlebih sejak Ahok memutuskan maju pilkada DKI lewat jalur independen, karena didukung oleh komunitas Teman Ahok. Jangan menyangkal, jika keputusan Ahok maju sebagai calon indenpenden, sudah membuat merah muka orang parpol”. ****)

Dan yang super kenthir, Arke, bilang, “Beberapa Kompasianer ini ngaku nggak mungkin memilih Ahok [101% SARA]”. *****)

Merenungi Ahok memang harus benar-benar “telanjang”  dan suci lahir maupun batin. Sebelum bicara memang perlu ditengok ke dalam nurani apakah biacara kita itu netral,  “asbun”, “salmong”, atau baik-tidak, perlu-tidak, beri manfaat-tidak?

Dalam kegalauan yang banyak orang “kebakaran jenggot” ini masih ada pihak-pihak yang berbuat nista. Jika kita memiliki kesadaran tak ada jalan lain kecuali mengakui “adalah Dia di atas segalanya”. Ke mana lagi kita kan sembunyi? Hanya kepada-Nya kita kembali. Mari, tunduk sujud pada-Nya!

Rujukan:

*) Gara-gara Seorang Ahok, Logika Menjadi Dungu, DPR Menjadi 'Kampungan'  

**) Masak, Keimanan Saya Berkurang Gara-gara Pilih Ahok? 

***)  Jika Meragukan Ada Beking di Belakang Teman Ahok, Sama Saja Tidak Percaya Jokowi  

****) Inilah Kepentingan Teman Ahok  

*****) Beberapa Kompasianer Ini Ngaku Nggak Mungkin Memilih Ahok [101% SARA]  

 

Terinspirasi lagu : Untuk Kita Renungkan – Ebiet G. Ade.

https://www.youtube.com/watch?v=fWksZQaAuTY

 

Karya ini diikutsertakan dalam rangka HUT perdana Rumpies The Club

[caption caption="sumber: Rumpies "]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun