Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bosan Kerja atawa Jenuh?

15 Februari 2016   00:32 Diperbarui: 15 Februari 2016   14:08 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, tetap bertahan pada pekerjaan sekarang. Selanjutnya lakukan tugas dan tanggung jawab sebaik-baiknya. Ini pilihan yang paling mudah. Ada seorang sahabat yang menggunakan istilah “berdamai dengan situasi yang tidak memberikan kedamaian”. Ada juga yang menggunakan istilah “terimalah ini apa adanya” (TNI AD). Bahkan ada yang mengatakan dengan istilah “bakat ku butuh”  (berbakat karena kebutuhan). Jalani saja dengan sabar dan tabah!

Kedua, tetap bertahan pada pekerjaan sekarang tetapi berusaha mendapatkan perluasan tugas (job enlargement), atau pengayaan tugas (job enrichment). Berdiskusi  dengan atasan langsung yang memiliki otoritas, soal keinginan untuk membantu  memajukan perusahaan, merupakan langkah yang baik. Katakan terus terang bahwa Anda menginginkan tantangan baru. Selanjutnya serahkan pada keputusan manajemen. Sebaiknya tidak bersikap mengancam atau sejenis itu, sebab tindakan itu membuat Anda menghukum diri sendiri.

Kalau dua alternatif itu dianggap baik dan dapat mengatasi rasa jenuh atau bosan boleh juga dimanfaatkan. Namun jika kadar kejenuhan dan kebosanan itu sudah melampaui ambang batas, barangkali perlu dipikirkan alternatif ketiga, yaitu menghadap baik-baik pada atasan dan menyampaikan keinginan untuk berkarir di tempat lain.

Sesungguhnya masih ada alternatif lain yang dapat mengatasi rasa bosan dan jenuh dalam rutinitas pekerjaan. Di samping melakukan refreshing atau penyegaran secara berkala, menyiasati kebosanan dapat dilakukan dengan membahagiakan pekerjaan. Membahagiakan pekerjaan artinya mencintai  pekerjaan. Seringkali kita mendengar ucapan, “Bagaimana saya bisa mencintai pekerjaan saya yang menjemukan itu?”

Ada satu konsep yang dikemukakan oleh  KPPSM (Kursus Pelatihan Pengembangan Sikap Mental) F.X. Oerip S. Poerwopuspito dan T.A Tatag Utomo,  yang membuat kita dapat mencintai pekerjaan yaitu, dengan menyadari bahwa bekerja adalah belajar, bermain, melakukan hobi, menabung, investasi dan proses pemuliaan diri yang dibayar. Bukankah jika kita menggunakan pola pikir demikian itu, dapat menyenangkan? Sewaktu kita sekolah formal, kita harus membayar untuk dapat belajar, bermain dan melakukan hobi. Namun dalam bekerja, kita mendapatkan gaji, upah, bayaran.

Bagaimana kita dapat bekerja dengan rasa cinta? “Bagaikan menenun kain dengan benang yang ditarik dari jantungmu, seolah-olah kekasihmu yang akan mengenakannya nanti,” jawab Kahlil Gibran.

Lebih indah lagi nasihat pujangga Lebanon itu selanjutnya, “Ketika bekerja, kalian bagaikan sepucuk seruling yang menjadi jalan bagi bisikan waktu untuk menjelma menjadi lagu. Siapakah mau menjadi ilalang dungu yang bisu, ketika semesta raya melagukan gita bersama?” Dan yang lebih dahsyat lagi, “... ketika bekerja kalian sedang memenuhi puncak tertinggi cita-cita dunia, yang akan dianugerahkan kepada kalian sendiri ketika cita-cita itu terjelma. Dengan selalu menyibukkan diri dalam kerja, berarti kalian sedang mencintai kehidupan. Mencintai kehidupan dengan bekerja, adalah menyelami rahasia hidup yang paling dalam”.

Mari kita melambungkan keikhlasan syukur dengan merajut kehidupan ini lewat pekerjaan kita sehari-hari yang kita lakukan dengan tulus dan bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun