Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bermain Jaring Benang Bersama Jokowi

22 Oktober 2015   23:01 Diperbarui: 22 Oktober 2015   23:01 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disaksikan peserta, Instruktur dan pembantu-pembantunya menghitung bola yang ada di dalam jolang dengan suara keras. “Semuanya ada 165 bola”, kata salah seorang pembantu Instruktur.

“Bagus! Lebih dari separuh! Nah, sekarang, apa pendapat Anda? Apa kesan Anda terhadap permainan yang sederhana ini?” tanya istruktur kepada peserta permainan. Dengan nada lantang dan lucu,  Jokowi menjawab, “Kerja, kerja, kerja!” Semua peserta pun pecah dalam bahak.

“Menurut saya, kita harus bekerja sama, bahu-membahu untuk membangun bangsa ini!’ kata seseorang. “Good!” kata Instruktur.

“Kita harus membangun jaringan kerjasama!” kata yang lain.

“Kita harus tetap bersatu padu untuk membawa bangsa ini ke arah kemajuan!” kata yang lain lagi.

“Bagus, bagus! Semua jawaban tidak salah!” kata Instruktur. “Mari, sekarang kita lihat satu per satu. Pertama, kita bangun jaringan benang, kemudian kita hamparkan seprei di atas jaringan benang itu. Seprei itu menjadi wadah bagi bola-bola tenis. Bola-bola yang terwadahi dalam seprei beralaskan jaring benang itu harus dibawa ke jolang, meski harus melewati berbagai rintangan dan hambatan. Akhirnya kita berhasil membawa sebagian bola itu mencapai jolang.” Instruktur itu berhenti sejenak sambil matanya menatap wajah para peserta permainan.

“Jaringan benang itu dapat kita maknai sebagai jaringan kerja sama, jaringan komunikasi, jaringan pelayanan kita. Di atas jaringan kerjasama, jaringan komunikasi dan jaringan layanan itu kita menempatkan seprei sebagai wadah, sebagai rumah penampungan, sebagai wahana untuk membawa bola-bola itu. Seprei itu bisa juga dilambangkan sebagai negara kita, rumah kita semua, yang menampung dan mewadahi kita sebagai bangsa yang besar ini. Lalu bola-bola tenis itu dilambangkan apa ya kira-kira? Benar! Bola-bola itu adalah kita semua, rakyat Indonesia. Berada dalam satu wadah kita bawa rakyat bangsa ini menuju ke arah, tujuan jolang eh, kesejahteraan, kemakmuran, keberlimpahan. Dalam perjalanan melewati 9 rintangan yang boleh juga dimaknai sebagai nawacita.... kita mengantarkan bangsa ini mencapai kemakmuran dan keadilan. Makmur dalam keadilannya. Adil dalam kemakmurannya. Gemah ripah loh jinawi kerta raharja”.

“”Lalu? Ada beberapa bola yang tercecer. Mengapa tidak semua dapat dibawa ke arah tujuan? Wajar. Tak semua bisa sampai ke sana, ke tujuan itu. Ada banyak alasan dan kendala. Kapasitas kerjasama, komunikasi, layanan kita semualah yang membuat seberapa besar keberhasilan kita dalam mengantarkan bangsa ini mencapai tujuannya. Masih banyak hal lain yang dapat direnungkan maknanya. Silakan cari sendiri, interpretasikan sendiri, dan mungkin Anda akan menemukan banyak mutiara terpendam yang dapat digali dan diambil hikmahnya permainan sederhana ini.”

Para peserta permainan itu manggut-manggut sambil menatap sang Instruktur. Di arah lain, para penonton yang menyaksikan jalannya permainan, mereka pun merasa sukaria gembira dan bahagia. Mereka ikut larut dalam renung yang menggedor-gedor nurani!

Dan.... siang pun datang!

 

  1. Terinspirasi dari pelatihan Service Quality Management dari SQC Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun