Mohon tunggu...
sugidi prayitno
sugidi prayitno Mohon Tunggu... kuli bangunan -

Belajar menikmati hidup yang singkat ini !!!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita dari Pinggir Jakarta

21 Mei 2016   07:49 Diperbarui: 21 Mei 2016   08:57 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari Pak Harto sampai Pak Ahok

Wajah pertiwi semakin hari semakin ngeri untuk di diami, kata bapak di warung kopi. Betapa tidak! Anak-anak tak lagi peduli siapa Pak Harto siapa pak Ahok? Bagi mereka Hanyalah cerita pengantar tidur yang tak tau makna sesungguhnya.

Bagi mereka bisa kekinikinian itu hal utama, yang penting eksis di dunia maya biasa membully sesuka hati, pada arti pada tokoh mereka tak lagi peduli asal tidak sesuai hati mereka akan membully semaunya.

Inikah wajah pertiwi? Generasi muda semakin hari tak lagi punya toleransi, membunuh, mencuri, memperkosa dan masih banyak kebiadaban tercoreng karena generasi muda kini.

Salah siapa! Salah pak harto yang lengser dengan cara tak hormat yang telah mengajari untuk menurunkan pemimpin dengan cara anarki? Atau salah pak ahok? Yang lantang dengan bijak membangun jakarta dengan jalur yang semestinya namun terkadang salah diartikan. Oh....pertiwi betapa ngeri tanah kami ini..untuk nanti bermimpi...hidup di jaman dimana toleransi tak lagi berarti.

 

Bila hari terus seperti ini

Di pertiwi beriman 

Tak lagi aman

Di tanah pejuang

Hilang sudah makna 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun