Selanjutnya apabila Singapura dengan penduduknya yang berkualitas mampu menciptakan mata rantai semu perdagangan dan industri regional maka rente ekonomi akan mengalir ke Singapura.
Mungkin karena penduduk Indonesia yang cukup banyak, nomor 4 terbanyak setelah China, India, dan Amerika Serikat, maka Pemerintah Indonesia masih tergolong agak abai terhadap "brain drain" WNI berkualitas melalui proses naturalisasi menjadi warga negara lain.
Mungkin pula karena dininabobokan oleh adanya kekayaan alam yang melimpah, menyebabkan masyarakat Indonesia masih terlihat kurang peduli terhadap fakta semakin maraknya naturalisasi WNI menjadi warga negara Singapura.
Padahal, kekayaan alam sesungguhnya tidak terlalu berarti untuk menyejahterakan masyarakat apabila tanpa didukung sumber daya manusianya yang berkualitas
Membiarkan situasi dan kondisi ini terus berlanjut, sesungguhnya Indonesia sedang mengabaikan warga negaranya sebagai kekayaan negara yang sesungguhnya.
Tidak ada kata terlambat, sudah seharusnya masyarakat Indonesia meningkatkan kualitas pendidikan di dalam negeri agar mengurangi minat sekolah di luar negeri, mengikat pelajar yang berkualitas di luar negeri melalui beasiswa, dan membuka peluang se-luas-luasnya untuk berkiprah di tanah air bagi lulusan luar negeri melalui penciptaan iklim investasi yang lebih kondusif di tanah air.
Dengan demikian, naturalisasi bagi warga negara asing yang memang betul-betul membawa manfaat bagi Indonesia di berbagai bidang profesi, termasuk profesi pemain sepakbola, patut dikembangkan.
Disertai pengembangan  mekanisme seleksinya, agar kasus naturalisasi pemain sepakbola selama ini yang kurang berhasil tidak terulang lagi.
Sebaliknya, pelepasan WNI menjadi WNA harus dicegah melalui membangun perasaan beruntung dan bangga menjadi WNI.  (S.Sumas / sugiarto@sumas.biz).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H