Mohon tunggu...
Sugiarto Sumas
Sugiarto Sumas Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara Ahli Utama

Sebagai widyaiswara di Kementerian Ketenagakerjaan bertugas untuk menjadi fasilitator / pembimbingan peningkatan kompetensi pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan. Menulis artikel ilmiah dan artikel populer adalah salah satu hobby sekaligus kewajiban sebagai tenaga pendidik

Selanjutnya

Tutup

Nature

Singkong Ala Thai

8 November 2022   14:45 Diperbarui: 8 November 2022   14:58 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DEPOK. Singkong Ala Thai, pesanan istri saya  di retoran wara laba  Thai di Depok,  sebagai makanan pembuka disajikan paling awal.

Menurut seorang pelayan di restoran tersebut, Singkong Ala Thai ini direbus dengan air gula pasir yang encer, kemudian setelah matang diberi "dressing" dengan santan kental.

Saat dimakan, rasanya tidak ubahnya seperti makan kolak singkong. Sehingga Singkong Ala Thai ini dapat saja disebut sebagai Kolak Ala Thai.

Bedanya Singkong Ala Thai adalah kolak yang tanpa kuah, sedangkan kolak selalu berkuah santan yang dimasak bersama-sama gula merah.

Menariknya, Singkong Ala Thai banyak disajikan di restoran Thailand di seluruh dunia, sementara kolak hanya dijadikan masakan rumahan masyarakat Indonesia, atau dijual untuk umum saat bulan Ramadhan untuk pembuka puasa di beberapa daerah di Indonesia, dan sepertinya belum pernah terdengar sajian kolak sebagai makanan pembuka di restoran Indonesia di dalam dan luar negeri.

Singkong Ala Thai ini tentunya adalah buah kreativitas orang Thailand, entah kapan? Apakah peninggalan nenek moyangnya, atau kreativitas para koki masa kini?

Sebenarnya Indonesia telah memiliki variasi masakan Singkong Ala Gunung Kidul dan Ala Wonogiri peninggalan nenek moyang, yang bernama Tiwul.

Jika, dahulu Tiwul merupakan jenis masakan yang biasa, merakyat dan murah, tetapi kini Tiwul malahan disajikan di beberapa restoran besar dan disantap oleh klas menengah ke atas.

Oleh karena itu, maka seperti juga Singkong Ala Thai yang sudah mendunia, maka Tiwul Ala Indonesia perlu dikembangkan agar enak, menarik, dan mendunia.

Selain Tiwul, produk olahan singkong yang cukup beken, telah hadir  di berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai nama, seperti keripik singkong, keripik balado, singkong kremes, slondok, getuk lindri, opak, tape, dan lain-lain.  Hebatnya, kini sudah dapat dibeli melalui berbagai  aplikasi online.   

Prof DR Ristono MS, peneliti dari Universitas Mulawarman Samarinda Kaltim mengemukakan: "Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara penghasil ubikayu (singkong) terbesar di dunia. Selama ini Indonesia menempati urutan ketiga setelah Banglades dan Kanada".

Lebih lanjut, Ilmuwan penemu ubikayu Rastana ini mengemukakan bahwa singkong unggul yang sebelumnya dikenal sebagai Varietas Gajah ini tidak sekadar bahan pangan, tetapi kulitnya bisa untuk briket (bahan bakar), selain tepung kanjinya bisa sebagai pengganti tepung gandum.

Sesuai dengan potensi Indonesia yang mampu menjadi penghasil singkong terbesar di dunia, maka tentunya juga berpotensi untuk menjadi negara penghasil makanan olahan dari singkong terbesar di dunia.

Di mana ada singkong, di situ ada ubi, sepertinya berlaku di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan singkong dapat sekaligus pengembangan ubi. Karena produk olahan ubi dan produk olahan singkong sama-sama memiliki potensi pasar yang besar.  

Seperti Bogor,  juga sudah mulai memasarkan produk unggulan ubi  (jalar / rambat). Olahan ubi ini bisa banyak sekali variannya, seperti: Bolu  dan keripik ubi ungu yang sangat lezat, dodol, kue kering, dll.

Bolu Ubi Ungu, dok. pribadi
Bolu Ubi Ungu, dok. pribadi
Terdapat pula inovasi berupa keripik ubi pedas, yang sangat mirip dengan keripik singkong pedas. Namun, keripik berbahan baku ubi memiliki cita  rasa yang lebih lengkap,  karena ada unsur manisnya.

Singkong banyak ditemui di Asia pada khususnya, dan  di beberapa belahan bumi lain pada umumnya, di antaranya di Amerika Selatan dan Kanada.

Saat ini  singkong dan ubi memang bukan makanan pokok, alias hanya  makanan selingan. Tetapi dalam kenyataannya semakin banyak saja orang-orang yang menyukainya di seluruh dunia.

Oleh karena itu, maka singkong dan ubi mempunyai potensi menjadi media diplomasi antar bangsa melalui kesamaan selera makanan atas produk olahan singkong dan ubi.

Berdasarkan uraian-uraian di atas,  sudah saatnya Tiwul Ala Indonesia, Getok Lindri Ala Indonesia, Bolu Ala Indonesia,  Keripik Ala Indonesia, Slondok Ala Indonesia, dan lain-lain makanan olahan dari  singkong  atau ubi yang berasal dari Indonesia, tersaji menggugah selera di restoran bergengsi di seluruh dunia.

Hal ini, tentunya harus dimulai dari penciptaan inovasi makanan dari singkong  dan ubi yang go-international. 

Dengan demikian,  produk olahan dari singkong dan ubi Ala Indonesia dapat  menyusul bahkan melampaui Singkong Ala Thai di kancah internasional. Semoga. (S.Sumas / sugiarto@sumas.biz).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun