Mohon tunggu...
Sugiarto Sumas
Sugiarto Sumas Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara Ahli Utama

Sebagai widyaiswara di Kementerian Ketenagakerjaan bertugas untuk menjadi fasilitator / pembimbingan peningkatan kompetensi pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan. Menulis artikel ilmiah dan artikel populer adalah salah satu hobby sekaligus kewajiban sebagai tenaga pendidik

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Malu Bertanya Sesat di Jalan, Banyak Bertanya Ndesonya Ketahuan

3 November 2022   20:30 Diperbarui: 12 November 2022   02:00 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kabin pesawat dengan kompartemen penyimpanan bagasi kabin.(Dok. Shutterstock/NikomMaelao Production via kompas.com)

GENEVE. Berbagai situasi baru dalam kehidupan memang mau tidak mau harus dihadapi semua orang. Tidak seorang pun yang langsung mengerti semua hal di semua tempat dan di semua kejadian.

Kecuali katak dalam tempurung, maka katak di luar tempurung tanpa terkecuali akan selalu menghadapi isu kekinian yang tidak semuanya langsung dipahaminya.

Kepesatan perkembangan teknologi, membuat banyak hal berubah dengan cepat, sehingga situasi baru akan selalu muncul tanpa dapat dibendung oleh siapa pun.

Perkembangan teknologi yang sangat cepat, terutama terjadi pada teknologi di bidang transportasi, informasi, dan komunikasi.

Pesawat terbang adalah sebuah  contoh kemajuan teknologi yang meliputi 3 bidang tersebut.

Dalam perjalanan ke Geneve Swiss untuk keperluan dinas, saya duduk di business class.

Yakni,  menggunakan  maskapai penerbangan Singapore Airlines, dengan pesawat Boing 777-200 dari Jakarta ke Singapore.

Menggunakan pesawat Airbus A380-800 dari Singapore ke Zurich. Dan menggunakan maskapai Swiss International Airlines dengan pesawat Airbus A319 dari Zurich ke Geneve Cointrin Swiss.

Ternyata banyak perangkat pesawat di atas yang belum saya kenal fungsi dan kegunaannya.

Untuk mempelajarinya memang sebenarnya tidak terlampau sulit karena sudah tersedia tombol-tombol bertulisan dan/atau bergambar yang menjelaskan fungsi dan kegunaannya.

Namun, tidak semua tombol langsung diketahui letaknya, sehingga diperlukan orientasi terlebih dulu.

Hal gagap teknologi terjadi pula pada teman saya yang sudah bermukim sebulan di Geneve Swiss.

Sekalipun tidak punya kebun coklat dan kebun kopi, tetapi Swiss terkenal memproduksi dan menjual produk olahan coklat dan kopi yang mendunia.

Salah satunya adalah produk kopi olahan merk Nespresso. Sahabat saya membeli beberapa kemasan kopi bermerek tersebut, dengan maksud sebagian akan diseduh sesampai di hotel, dan bagian lainnya untuk oleh-oleh ke tanah air.

Ternyata kopi olahan dimaksud tidak dapat diseduh langsung tanpa bantuan teknologi yang dinamai "coffee maker".

Berikut adalah tips untuk segera menguasai teknologi.

Pertama, sebagai cara termudah mempelajari fungsi dan kegunaan perangkat teknologi yang ada di depan kita adalah dengan melihat apa yang dilakukan orang lain, misalnya dari tetangga kita sesama penumpang yang sudah terbiasa naik pesawat sejenis.

Ini berarti kita menggunakan mata dan pengalaman tetangga, tanpa harus mengalami gagap teknologi yang sebenarnya terjadi pula di masa lampau terhadap tetangga kita tadi.

Cara kedua adalah dengan mempelajari tombol dan keterangan yang ada, namun cara ini memakan waktu beberapa lama.

Kadang-kadang ketika kita mencoba tidak langsung berhasil, lama kelamaan bisa juga mengundang perhatian tetangga.

Kasihan deh lho, mungkin menggumam dalam hatinya. Sesuai tata cara pergaulan yang baik, tentu tetangga tidak akan lancang mengajari tanpa diminta.

Cara ketiga, sebagai cara terakhir dan termudah adalah langsung bertanya kepada tetangga atau awak pesawat.

Hanya saja dibutuhkan kemampuan atau kesamaan penguasaan bahasa bagi kedua belah pihak.

Namun upayakan hanya bertanya untuk hal-hal yang betul-betul sangat sulit, karena terlalu banyak bertanya akan dapat mengganggu kenyamanan orang lain.

Memang banyak bertanya tidak sesat di jalan, tetapi terlalu banyak bertanya ndesonya ketahuan.(S.Sumas / sugiarto@sumas.biz).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun