Kondisi Ini membuat ayam berhenti bertelur atau investasi berhenti membuka kesempatan kerja baru, sehingga menjadi terputus siklus kehidupan ayam dan telur, atau siklus kehidupan investasi dan kesempatan kerja.
Sebaliknya, telur alias kesempatan kerja bersifat jangka pendek, apabila telurnya busuk atau kesempatan kerja tidak tersedia alias pengangguran meningkat.
Maka tentulah ayam baru atau investasi baru tidak tercipta, tetapi setidaknya kita masih memiliki harapan atau peluang keluarnya telur baru alias kesempatan kerja baru dari ayam alias investasi yang sudah ada dan masih hidup, yang masih bergerak / berputar, dan yang masih "berproduksi".
Timbul pertanyaan, mungkinkah telur alias kesempatan kerja yang dikatakan bersifat jangka pendek tersebut, mengerahkan kekuatan di dalam tubuhnya sendiri untuk menghasilkan ayam dari telur, alias menciptakan investasi dari kesempatan kerja?
Jawabannya sudah tentu adalah tidak mungkin! Karena sesungguhnya hanya telur segar dan sehat yang dikeluarkan oleh ayam yang sudah ada, kemudian dierami (dihangati) oleh ayam itu sendiri atau mesin penetas telur, yang akan menetas menjadi ayam baru.
Hal yang sama, hanya kesempatan kerja potensial yang layak (decent work) dari investasi yang sudah ada, kemudian dierami (dimodali) oleh investasi / industri itu sendiri, yang akan menetas menjadi investasi baru.
Penanaman modal baru melalui Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), apabila tanpa dikaitkan dengan industri yang sudah berjalan.
Tidak ubahnya seperti hanya mendatangkan telur, bukan ayam yang siap bertelur, alias tidak bedanya dengan hanya menciptakan kesempatan kerja potensial, bukan investasi yang siap menghasilkan kesempatan kerja efektif.
Oleh karena itu, menjadi maha penting untuk menjaga keberlangsungan industri yang sudah ada agar tetap berjalan dan tumbuh berkembang sambil menciptakan investasi baru sebagai turunannya atau perluasannya.
Dalam era persaingan global saat ini, maka memelihara keunggulan industri yang sudah ada harus menjadi prioritas utama.
Sebab, sekali lengah maka industri lain sejenis dari negara lain akan mengunggulinya, dan memaksa industri yang sudah ada di dalam negeri tutup, serta pada akhirnya akan memicu terjadinya pemutusan hubungan kerja yang menyengsarakan rakyat Indonesia.