Mohon tunggu...
Sugiarto Sumas
Sugiarto Sumas Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara Ahli Utama

Sebagai widyaiswara di Kementerian Ketenagakerjaan bertugas untuk menjadi fasilitator / pembimbingan peningkatan kompetensi pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan. Menulis artikel ilmiah dan artikel populer adalah salah satu hobby sekaligus kewajiban sebagai tenaga pendidik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gugup

7 Oktober 2022   10:00 Diperbarui: 17 November 2022   12:30 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DEPOK. Gugup merupakan hal yang manusiawi. Pertanyaannya adalah, bagaimana cara mengubah gugup menjadi tenang?

Gugup berawal dari pikiran sendiri yang membayangkan terjadinya kondisi negatif pada dirinya, yang disebabkan oleh keraguan atas  kesiapannya.

Gugup selalu ditandai dengan jantung yang berdebar-debar, namun sebaliknya jantung yang berdebar-debar tidak selalu karena gugup, bisa saja karena sakit.

Perbuatan kejahatan hampir dapat dipastikan menimbulkan rasa gugup, karena khawatir terbongkar, baik saat proses pelaksanaan, maupun saat pasca pelaksanaannya.

Sebagai contoh, tertinggalnya sidik jari dan kepemilikan pribadi oleh pelaku kejahatan di suatu tempat kejadian perkara, sering kali karena buru-buru dan gugup. Oleh karena itu, Polisi sering menyebutkannya dengan: "tidak ada kejahatan yang sempurna".

Rasanya, sisi kebaikan pun sesungguhnya tidak ada yang sempurna. Jejaknya mungkin saja juga dijumpai pada saat proses, maupun saat pelaksanaan kebaikan tersebut.

Namun, karena sebuah kebaikan akan menguntungkan pihak lain, bahkan kadang-kadang menimbulkan respek dan apresiasi kepada pelakunya, maka bayangan kejadian negatif ke depan tidak mungkin terlintas, sehingga tidak ada "generator" yang membangkitkan gugup.

Gugup dapat dicegah apabila melakukan persiapan secara matang, atau memang sudah biasa, "kalah bisa karena biasa", kata pepatah.

Seorang presenter yang profesional sekalipun, Ia tidak akan semata-mata mengandalkan pengalamannya, tetapi Ia selalu melakukan persiapan secukupnya.

Siswa atau mahasiswa, yang belajar dengan baik dan sungguh-sungguh sebelum ujian semester, tentu akan tenang dan tidak gugup saat menerima dan mengerjakan soal.

Seorang aktris atau aktor terkenal sekalipun, Ia terlebih dahulu akan membaca sungguh-sungguh skenario cerita, kemudian menyimulasi laku dan perannya melalui imajinasinya.

Dapat pula dengan melihat langsung kejadian sehari hari terhadap laku yang akan diperankannya, seperti melakukan observasi langsung di lokasi pengambilan gambar.

Upaya-upaya tersebut akan membantu aktris atau aktor untuk meminimalkan terjadinya  gangguan gugup  saat pengambilan gambar cerita yang diperankannya pada dunia film / sinetron.

Gugup dalam sebuah pertunjukan atau sebuah pertemuan sering kali disebut dengan "demam panggung", karena memiliki berbagai kemiripan dengan penderita sakit demam, seperti jantung berdetak kencang, tubuh menggigil, wajah memerah, dan keluar keringat dingin.

Supaya gugup dan demam panggung ini tidak berkepanjangan, maka perlu dibangun ketenangan hati terlebih dahulu. Lakukan nafas panjang dari perut untuk dikeluarkan perlahan lahan dari hidung hingga 30 kali, niscaya rasa gugup akan teratasi.

Namun, yang utama adalah perlunya persiapan terus menerus dan pengalaman yang memadai, sehingga gugup sesaat atau demam panggung tersebut tidak akan timbul saat berlangsungnya pertunjukan atau pertemuan.

Ketenangan memang modal dasar untuk sukses. Perhatikan orang-orang terkenal di bidang politik dan pemerintahan, pebisnis, presenter, ilmuwan, kesenian, olahraga, dan bidang-bidang lainnya.

Umumnya, mereka adalah dari kelompok orang yang tenang dan tidak gugup sesaat menghadapi berbagai situasi.

Mereka tidak mudah menyerah dengan keadaan, dan tetap berupaya optimis terhadap kejadian yang bakal terjadi di masa depan.

Mereka selalu berusaha untuk menjadikan dirinya sebagai pembentuk kejadian di masa depan, bukan menjadi orang-orang yang mudah menyerah dan pasrah dengan keadaan saat ini.

Mereka juga adalah orang-orang yang pandai berimprovisasi sehingga terhindar dari gugup sesaat dan demam panggung.

Ciri lainnya dari orang-orang terkenal dan sukses adalah "risk taker". Sebab, dunia ini diciptakan oleh Tuhan YME selalu berpasang-pasangan.

Seperti, "Baik" berpasangan dengan "buruk", putih vs hitam, kaya vs miskin, sukses vs gagal, tinggi vs rendah, pandai vs bodoh, gagal vs berhasil, banyak vs sedikit, lebar vs sempit, gugup vs tenang,  dan seterusnya.

Para "risk taker" adalah orang-orang yang optimis menghadapi masa depan, dengan cara selalu membayangkan kejadian positif yang menguntungkan dirinya di masa depan, melalui aktivitas yang terukur dan terencana dengan baik  di masa kini.

Dengan lain perkataan, sejatinya "risk taker" adalah seorang perencana yang baik dan perancang masa depan yang optimis, serta tidak mau terikat pada kemapanan sehingga piawai untuk melakukan improvisasi.

Penggugup sudah pasti tidak akan mampu merenda masa depannya yang gemilang, sebab Ia tidak berani mengambil risiko, padahal di dalam dunia investasi masa depan berlaku: "high risk is high return".

Sebaliknya, Penenang akan berusaha membangun fondasi masa kini untuk meraih masa depan yang gemilang, karena mereka pada dasarnya juga adalah "risk taker" yang cerdas.

Siapakah kita,  penggugup atau penenang? (S. Sumas / sugiarto@sumas.biz).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun