Mohon tunggu...
Sugiarto Sumas
Sugiarto Sumas Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara Ahli Utama

Sebagai widyaiswara di Kementerian Ketenagakerjaan bertugas untuk menjadi fasilitator / pembimbingan peningkatan kompetensi pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan. Menulis artikel ilmiah dan artikel populer adalah salah satu hobby sekaligus kewajiban sebagai tenaga pendidik

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kambing Punya Susu Sapi Punya Nama

23 September 2022   21:15 Diperbarui: 12 Desember 2022   11:55 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA. Kambing punya susu sapi punya nama adalah sebuah kiasan untuk menjelaskan adanya perbedaan antara siapa yang berusaha dan siapa pula yang memetik hasil.

Kiasan ini berlaku pula pada produk pertanian di Indonesia. Sering kali terjadi perbedaan antara nama sebenarnya dari tempat asal produk pertanian dengan nama "tempat" yang disebut pedagang.

Sebagai contoh, mangga Lombok disebut mangga Probolinggo. Pada kenyataannya mangga tersebut di produksi di Lombok Nusa Tenggara Barat, tetapi ketika dibawa untuk dipasarkan di Jakarta, ternyata mangga tersebut lebih laku dijual ketika disebut mangga Probolinggo Jawa Timur.

Bagi pembeli yang sudah mengenal manisnya mangga Probolinggo tentu tidak berani coba-coba membeli mangga dari daerah lain, meskipun secara fisik dan biologis tidak ada perbedaan.

Kasus serupa ini  dijumpai pula untuk banyak komoditas: Madu Sumba disebut madu Sumbawa. Duku Jambi atau duku Banten disebut duku Palembang. Pisang Kotabaru Kalimantan Selatan disebut Pisang Pontianak. Jeruk Sambas disebut Jeruk Pontianak.

Menurut Yusuf Kalla, pengusaha  dan politikus ternama Indonesia, tidak apa-apa perbedaan penyebutan nama tersebut dalam bisnis, yang penting barang tersebut laku dijual.  

Apalah artinya disebut mangga Lombok ketika mangga tersebut ternyata tidak laku di jual. Sebaliknya malahan menguntungkan walau di sebut mangga Probolinggo tetapi laku dijual.

Kondisi ini sebagai penyebab merek dagang produk alam, sesuai apa adanya, yang didasarkan pada nama  tempat produksi,  sangat  jarang dimintakan hak patennya.

Sementara itu, produk buatan biasanya memiliki keunikan tersendiri. Keunikan dapat berasal dari kandungan bahan, bentuk, ukuran,  rasa, alat pembuatan, kemasan, dan lain-lain. Hal ini  memungkinkan terjadinya berbagai  variasi produk buatan yang dapat dipatenkan.

Produk alam yang mendapat perlakuan khusus, seperti adanya rekayasa fisik atau genetik, dengan sendirinya akan beralih status dari produk alam  menjadi produk "buatan".

Sebagai contoh, buah melon dapat dilakukan rekayasa fisik  sejak buah masih muda sehingga bentuk fisiknya dari umumnya bundar menjadi kubus. Produk "buatan" ini tentunya menjadi unik dan dapat dimintakan hak patennya.

Produk buatan memang sebaiknya memiliki hak paten untuk membedakan satu produk dengan produk lainnya. Perbedaan ini tergambar dari merek dagangnya.

Keadaan ini menempatkan hak paten sebagai kebutuhan produsen dan kebutuhan konsumen.

Tujuan hak paten adalah  untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan berkualitas baik dan diharapkan akan menjamin kepuasan bagi konsumen.

Untuk konsumen, hak paten sesungguhnya diperlukan, baik  terhadap produk alam maupun terhadap  produk buatan,  agar barang yang dibelinya berkualitas baik.

Tetapi,  untuk produsen, lebih tertarik memberikan hak paten terhadap merek dagang  produk buatan. Sementara, hak paten untuk merek dagang  produk alam  kurang tertarik, kecuali apabila ada keunikan oleh adanya perlakuan oleh produsen.

Misalnya susu kemasan, meskipun bahan dasarnya sama, yakni susu, tetapi oleh adanya berbagai perlakuan terhadap kandungan susu dan kemasan,  maka menghasilkan banyak merek. Susu kemasan berbagai merek ini kemudian dimintakan hak patennya.

Itulah mengapa "kambing punya susu" akan masih tetap disebut "sapi punya nama" apabila tidak adanya perbedaan yang signifikan.

Bagaimana dengan Anda? Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dengan rekan kerja Anda? (S. Sumas / sugiarto@sumas.biz)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun