Mohon tunggu...
Sugiarto Sumas
Sugiarto Sumas Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara Ahli Utama

Sebagai widyaiswara di Kementerian Ketenagakerjaan bertugas untuk menjadi fasilitator / pembimbingan peningkatan kompetensi pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan. Menulis artikel ilmiah dan artikel populer adalah salah satu hobby sekaligus kewajiban sebagai tenaga pendidik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keterkaitan Corporate University dengan Organisasi Pembelajar

22 September 2022   20:30 Diperbarui: 18 November 2022   16:07 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA. Organisasi pembelajar (learning organization) kembali marak dibicarakan bersamaan dengan maraknya pembicaraan tentang Corporate University  akhir-akhir ini.

Bagaimana keterkaitan satu sama lain? Adakah pengaruhnya terhadap kurikulum pembelajaran? Berikut ulasan singkatnya.

Semula Corporate University  (Corpu)  dikembangkan di kalangan bisnis, kini sudah dikembangkan di kalangan pemerintah di seluruh dunia.

Di Indonesia,  Corpu mulai dikembangkan di BUMN  pada tahun 2000-an.  

PT. Telkom dapat dikatakan sebagai pelopornya, diikuti  antara lain oleh PT. Pelindo 2, PT. Pertamina,  BPJS Ketenagakerjaan, dll. Selanjutnya  dikembangkan pula di instansi pemerintah Indonesia.

Di kalangan Pemerintah Republik Indonesia berdiri Kemenkeu Corporate University pada  tahun 2015 dan  dinilai berhasil (Agung Yuniarto, 2019).

Diikuti Kementerian / Lembaga / Daerah lain, antara lain: Kemenkumham Corporate University (2020), Corporate University Jawa Barat (2020), Kemnaker Corporate University (2022), dll.  

Sejatinya Corporate University  (Corpu) berbeda dengan universitas yang dikenal masyarakat selama ini, seperti Universitas Indonesia, IPB University, ITB University, Universitas Gadjahmada, Universitas Airlangga, dll.  

Sebagaimana diketahui, universitas adalah Lembaga  yang menyelenggarakan pendidikan tinggi bagi mahasiswa untuk memperoleh pencapaian  kompetensi dan  gelar  tertentu, mulai diploma 1 hingga strata 3. Di akhir perkuliahan biasanya diadakan perayaan wisuda.

Sementara, Corpu adalah sebuah metode pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan dalam organisasi pembelajar. Prinsipnya adalah pembelajaran tanpa batas,  di mana saja, kapan saja, dan berkelanjutan.  Sehingga tidak ada perayaan wisuda.

Dengan demikian, maka keberhasilan Corpu tidak dapat lepas dari keberhasilan organisasi pembelajar.

Dengan lain perkataan, inti dari keberhasilan Corpu adalah keberhasilan organisasi pembelajar dalam mengembangkan pengetahuan dalam organisasinya.

Menurut Peter Sange, 1990: Organisasi Pembelajar adalah  gambaran organisasi yang bereksperimen dengan cara-cara / pengetahuan  baru dalam menjalankan bisnisnya agar bertahan hidup di pasar yang dinamis,  bergolak dan kompetitif.

Pada intinya, Peter Sange membagi organisasi pembelajar menjadi lima disiplin, yaitu: Penguasaan pribadi (Personal mastery); Model mental (Mental model); Membangun visi bersama (Building shared vision); Pembelajaran Tim (Team Learning); dan Pemikiran sistem (System thinking).

  • Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)

Penguasaan pribadi merupakan disiplin pertama yang dibutuhkan untuk membangun organisasi pembelajar. Penguasaan pribadi  adalah prasyarat  untuk pembelajaran individu.

Oleh karena itu,  organisasi pembelajar hanya dapat dikatakan mulai belajar apabila ada anggotanya yang  mulai belajar secara individu.

Supaya penguasaan pribadi dapat terwujud, maka harus didefinisikan apa yang ingin dicapai oleh setiap  individu, dan menyediakan ukuran bagaimana kedekatan sasaran individu dengan tujuan organisasi.

Refleksi kritis diperlukan karena penguasaan pribadi untuk pembelajaran individu akan terus berkembang sejalan dengan keinginannya untuk memperluas kemampuan dalam menciptakan hasil yang diinginkan.

  • Model mental (Mental model)

Model mental adalah disiplin kedua yang dibutuhkan  untuk membangun organisasi pembelajar.  Bersama-sama dengan penguasaan pribadi merupakan syarat keberlangsungan pembelajaran individu.

Menurut Kine & Sunders, 1993: Model mental adalah cara individu  memandang dunia, merupakan kerangka kerja untuk proses kognitif pikirannya.

Model mental berupa asumsi dan paradigma yang mendarah daging yang mempengaruhi bagaimana individu  memahami dan bertindak di dunia (Senge, 1990).

Setelah pembelajaran individu untuk pengembangan pengetahuan individu dimulai, berarti  saat bersamaan dimulai pula  kegiatan  pengembangan pengetahuan dalam organisasi pembelajar.

  • Membangun Visi Bersama (Building shared vision)

Membangun Visi Bersama adalah disiplin ketiga yang dibutuhkan dalam membangun  organisasi pembelajar. Disiplin ketiga ini bersifat kolektif dan kolaboratif.

Garvin (1993) mencatat bahwa Visi Bersama dimulai dari Visi Individu, yang mana Visi Individu adalah sesuatu yang dianggap kebenaran oleh individu.

Mengingat bervariasinya Visi Individu dalam sebuah organisasi pembelajar, yang disebabkan adanya tujuan individu yang berbeda,  maka mutlak  perlunya dirumuskan Visi Bersama.

Setelah dirumuskan Visi Bersama  sesungguhnya bukan berarti Visi Individu terhapus. Ia tetap ada dan sering kali menimbulkan ketegangan kreatif dengan Visi Bersama.   Bagi individu yang benar-benar berkomitmen mencapai visi individunya, maka ketegangan kreatif akan mendorong organisasi mencapai tujuannya.

Dengan demikian, pemimpin organisasi pembelajaran perlu mendorong setiap individu untuk membagikan visinya.

  • Pembelajaran Tim (Team Learning);

Pembelajaran Tim merupakan  disiplin keempat yang dibutuhkan untuk membangun  Organisasi Pembelajar.  Disiplin keempat ini juga bersifat kolektif dan kolaboratif.

Pembelajaran Tim dimulai dari dialog untuk menangguhkan asumsi dan paradigma individual dan masuk ke dalam "berpikir Bersama" yang sejati.

Pikiran Bersama tentunya lebih baik dari pikiran individu, karena sudah teruji dari banyak aspek. Sehingga pembelajaran tim yang dilandasi pikiran bersama akan menghasilkan pengetahuan yang lebih baik dan komprehensif.

Dalam Organisasi modern pembelajaran tim merupakan unit paling dasar dalam organisasi pembelajar. Namun, tentunya tidak akan ada pembelajaran tim tanpa adanya penguasaan pribadi dan model mental sebagaimana diuraikan sebelumnya.

  • Pemikiran sistem (System thinking)

Pemikiran sistem adalah disiplin kelima yang dibutuhkan untuk membangun organisasi pembelajar.

Pemikiran sistem  berkembang di era modern,  karena pemikiran linier dan terpecah pecah  yang dahulu berhasil dalam  menyelesaikan masalah,  kini  tidak sesuai lagi. Hal ini, karena permasalahan masa kini saling terkait dan tidak linier lagi.

McCutchan (1997) menunjukkan bahwa pemikiran sistem  mengikat semua disiplin ilmu dan menawarkan seperangkat alat untuk memahami masalah organisasi yang kompleks.

Pemikiran sistem, bersama dengan pembelajaran transformatif, mengubah cara berpikir silo menjadi cara berpikir kolaboratif untuk memahami dan mengelola dunia yang saling ketergantungan.

Menguasai pemikiran sistem  membantu mereka, para individu, melihat bagaimana tindakan  mereka telah membentuk  realitas saat ini, dan transformasi itu mengembangkan rasa percaya diri yang benar-benar dapat menciptakan realitas baru di masa depan (Senge, 1990).

Memperhatikan lima prinsip membangun organisasi pembelajar di atas, menghasilkan keyakinan bahwa  untuk menemukan pengetahuan cara-cara  mengatasi permasalahan lingkungan strategis yang semakin kompleks, maka  pembelajaran tim lebih diutamakan dari pada pembelajaran individu.

Oleh karena itu, mengingat  Corpu adalah sebuah metode pembelajaran dalam membangun organisasi pembelajar, maka sebagai  konsekuensinya adalah metode Corpu harus juga menyediakan proporsi pembelajaran tim lebih besar dari pembelajaran individu.

Hal ini dapat menjadi alasan logis mengapa para ahli pendidikan menetapkan proporsi  pembelajaran Corpu adalah !0 : 20 : 70.

Sekitar 10% pembelajaran dilakukan  mandiri melalui kurikulum formal (daring atau luring).

Sekitar 20% pembelajaran melalui coaching dan mentoring.

Sekitar 70% dari proses pembelajaran dilakukan dengan memberikan tugas yang menantang  dan pengalaman langsung di lapangan (on the job training).

Di akhir tulisan ini dapat disimpulkan bahwa Corpu dan organisasi pembelajar adalah sangat berkaitan dan harus dilaksanakan oleh organisasi yang  ingin tetap ekses di tengah perubahan lingkungan strategis yang semakin kompleks. (S. Sumas / sugiarto@sumas.biz)  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun