Mohon tunggu...
Irine Angelina Sugiarto
Irine Angelina Sugiarto Mohon Tunggu... -

31 Juli 1996 Seorang mahasiswi program studi ilmu komunikasi Universitas Mulawarman yang memiliki kegemaran dibidang voice-over dan tarik suara. mendedikasikan hidup untuk mengikuti kehendakNya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Sang Perempuan Bersuara Maskulin

16 Mei 2016   20:51 Diperbarui: 18 Mei 2016   08:13 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bial mengulang kembali ingatan ke belakang, ketika masih di bangku Sekolah Dasar, saya banyak dilibatkan dalam perlombaan yang sifatnya seni seperti lomba membaca puisi, lomba menyanyi solo putri, lomba membuat kerajinan tangan seni terapan, lomba menari, sampai lomba tim olahraga senam kebugaran jasmani. 

Di sekolah dasar saya juga aktif dalam kegiatan marching band sebagai pemain bells. Dan dimasa itu pula saya sempat menjadi penyiar selama 3 tahun untuk program siaran anak-anak. Sampai akhirnya masuk di bangku SMP, semuanya seakan tenggelam dan mati. Masuk jam setengah tujuh pagi dan dapat pulang jam setengah enam sore. Pulang dari sekolah rutinitas harian adalah menyiapkan pelajaran untuk besok, belajar dan kemudian tidur. Seakan terpenjara dan bukan menjadi diriku sendiri.

Dua tahun lulus dari SMP, akhirnya saya memutuskan untuk ‘balas dendam’ dan mengikuti program SMA biasa dengan lulus tiga tahun. Saya bersyukur dan berusaha mengerti bahwa sebenarnya yang saya jalani saat ini pasti akan berarti sesuatu di masa yang akan datang. Saya menjalani aktivitas sekolah seperti biasanya dan melibatkan diri pada kegiatan ekstrakulikuler seperti paduan suara danband. 

Sampai akhirnya sejumlah penghargaan dibidang seni vokal baik tingkat kota dan provinsi kembali diraih saat memasuki sekolah mengah atas di SMAN 5 Balikpapan. Selama tiga tahun berada di bangku sekolah menengah atas, saya berusaha menyeimbangkan prestasi akademik dan prestasi non-akademik. Dan sebenarnya dari sinilah, saya mulai merasa ada yang lain dari saya pribadi.

Entah dari mana datangnya suara rendah dan berat itu. Sepertinya, ketika lulus dari SMP dan memasuki masa pubertas. Banyak dari teman-teman saya yang selalu salah terka bila saya menjawab telepon yang tersambung untuk saya. Beberapa dari mereka selalu beranggapan bahwa yang menjawab telepon adalah seorang laki-laki, sampai mereka bisa melihat wajah saya, barulah mereka percaya bahwa sayalah yang bebicara dengan mereka. 

Awalnya sempat risih dengan suara ini, karena banyak guru yang mengatakan bahwa suara saya cukup berat dan jarang ditemui untuk anak perempuan lainnya. Saya pun sempat iri dengan teman-teman perempuan saya yang suaranya lebih lembut dan bernotasi tinggi. Tanpa harus melihat wajahnya, pasti sudah bisa diterka bahwa mereka adalah perempuan. Tapi saya tidak ingin kecewa dan mempertanyakan kepada Tuhan kenapa diriku diberi suara berat dan rendah seperti ini.

Tiga tahun di SMA seakan tidak terasa karena momentSMA adalah moment yang penuh dengan agendanya dalam bersosialisasi dan melepas masa penatnya ketika di SMP. Dunia perguruan tinggi menjadi santapan berikutnya untuk saya jalani dengan beragam tantangannya. Program Studi Ilmu Komunikasi menjadi pilihan yang membuatnya masuk sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu politik Universitas Mulawarman.

Semua hal baru menjadi sesuatu yang menarik untuk saya amati dan pelajari. Menjalin pertemanan dengan kawan baru, sistem pengajaran yang baru, pengajar yang lebih tegas, dan menjalani aktivitas lebih mandiri tanpa adanya kedua orang tua karena status Irine yang sebagai perantau di Samarinda.

Banyak hal yang dipelajari dalam ilmu komunikasi. Ilmu ini membuatnya semakin belajar bahwa berbicara saja tidak cukup. Setiap orang dalam menjalin komunikasi dengan orang lain perlu memperhatikan banyak hal dan menguasai berbagai hal. Untuk itu saya bersyukur dengan sangat karena tanpa disadari pertanyaannya sejak dulu tentang suara ‘aneh’ yang dimiliki berangsur-angsur terjawab dan seakan kelihatan titik terangnya ketika memasuki bangku perkuliahan di ilmu komunikasi.

Tidak semua wanita diakaruniai suara yang berat dan lebih rendah. Dari sebuah kekurangan,saya mengubah pola pikir saya menjadi sesuatu peluang untuk dipelajari dengan serius. Sekarang saya menggeluti dunia sulih suara sebagai voice-over. Suara saya sangat membantu dalam membantu mengisi suara-suara dalam ragam video baik itu untuk tugas perkuliahan, atau untuk video profil lembaga atau instansi. 

Kemampuan saya  dalam membuat dinamika suara, melakukan improvisasi dalam intonasi, dan mengerti alur cerita yang ingin dibawakan dari video tersebut untuk dibayangkan oleh sang pendengar atau penonton video. Sebagai pengisi suara video baik itu untuk video profil atau iklan dan sejenisnya,saya juga akhirnya menggeluti dunia sinematografi dan fotografi untuk meperkaya ilmunya dibidang media. Saya sangat bersyukur dan meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya adalah bukan suatu kebetulan, tapi ada rencana yang indah yang Tuhan ingin kerjakan di dalam hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun