Ketika keluar dari air, mereka berantem, masing-masing mengira menghadapi pembunuh saudaranya.
Setelah menyelami ilmu, kita berantem saling menyalahkan, menganggap yang lain bid'ah.
Keduanya berhenti berantem manakala masing-masing mengaku anaknya Resi Gotama.
Kitapun berhenti berantem manakala menyadari bahwa ilmunya serumpun.
Kemudian, Sugriwa dan Subali diperintahkan bertapa.
Kitapun, hendaknya baertafakur, merasakan Kekuasaan Yang Maha Kuasa (Qudrot), yaitu dengan merasakan Taqdir, sehingga mengetahui dengan jelas Qodiruun.
Silahkan dilanjutkan dan diunggah, mohon shouts jika sudah diunggah.
Saya yakin, Anda mengantongi lebih banyak pemahaman daripada saya sehingga artikel akan jauh lebih menarik dan informatif.
Sekali lagi terimakasih, saya tunggu.
Salaam;
(RUDY RIANTO).
-------------------------------------------------------------------------------------------
(A). Saya mantan pegawai staf PT Perkebunan milik negara di Sumatera Utara. Menjelang pensiun ditugaskan sebagai tea-taster (quality control), market-analyst, dan merangkap Sekretaris Board of Directors PT PERKEBUNAN I s.d. IX/Sumut-Aceh di Medan. Setelah pensiun saya bermukim di desa kecil dekat danau Toba (back to nature). Waktu yang luang saya manfaatkan untuk mengamati proses Kebangkitan Agama-agama dan Spiritualisme yang terprogram bersemi di Bumi Pertiwi, dan yang ternyata juga dipersiapkan sebagai bahan pondasi Peradaban Milenium. Sekarang saya sedang berada di Jakarta dalam rangka menghimpun kepingan-kepingan jigsaw puzzles "The Road Map" proses tersebut, yang saya yakini bermanfaat untuk orang banyak, utamanya para pengkaji peradaban manusia.
(B). PARADOX - Agama-agama dan Spiritualisme sebagai integrated systems kini justru sedang diuji-ulang melalui critical conditions yang digelar di seluruh penjuru kepulauan Nusantara. Apabila bangsa Indonesia berhasil mengemban amanah ini, maka NKRI akan berjaya, karena memiliki competitive advantages menghadapi "cultural warfare" di masa datang, ketika spirituality eco tourism akan tampil sebgai primadona. Namun sebaliknya, justru akan menuai petaka dan menangguk bencana, apabila peluang dan tantangan yang mulia ini tidak termanfaatkan secara benar, bagus dan baik. Akibatnya, NKRI diramalkan akan bangkrut dan terdisintegrasi, menjadi negara-negara kecil tak berarti.
Selama ini saya menulis tentang kebangkitan seperti di atas, dan juga kurang memperhatikan "critical conditions". Seyogyanya mengikuti saran Mas Rudy, yaitu (B) mengantar (A), ini sesuai dengan "hukum sebab-akibat". Selera sih mau sempurna, tapi mohon dimaklumi karena daya cerna rendah, mengingat peringkat saya "amatiran", baik dalam hal agama ataupun wayang. Walaupun "exercise" saya sederhana, diharapkan sudah bisa terpahami, dan jangan sampai "disalah-pahami". Saya manula yang tidak berminat menimbun dosa, maka membatasi diri.
(B). "Cupu Manik Astagina" adalah hadiah Bathara Surya kepada Dewi Indrardi, isteri Resi Gautama. Cupu ini kemudian diserahkan kepada puterinya yang bungsu, Dewi Anjani. Dalam kisah ini ditampilkan wanita sebagai primadona.
(A). Skenario "Perang di Alengka" menampilkan sosok pria, yaitu R a m a mengalahkan Rahwana.
Kedua kisah tersebut di atas saya duga analog dengan kisah-kisah Bunda Maryam dan Nabi Isa al-Masih a.s., yang tersirat dalam Q.S. 21 Al Anbiyaa' 91 dan Q.S. 66 At Tahriim 12.
Kitab Suci Agama HINDU dan Kitab Suci Dinul ISLAM mencatat "future history" yang sama, dan kini sedang digelar melalui "critical conditions" Nusantara, yang juga seiring dengan gejala mulai berseminya "Kebangkitan Agama-agama dan Spiritualisme". Fenomena ini menegaskan adanya "Integralisme Agama-agama" (Philosophia Perennis), dan sekaligus membuktikan TUHAN Yang Esa. Seyogyanya dijadikan bahan kajian ilmiah oleh berbagai perguruan tinggi di negeri ini.