Dengan jurnalisme warga yang bisa bebas mengangkat isu yang sensitif, mata kita semakin terbuka dengan kebobrokan dokter Indonesia. Dengan begitu banyaknya kritik terhadap profesi dokter yang terlanjur dianggap 'mulia' itu, kita bertanya-tanya apakah seburuk itu degradasi moral dokter kita?
Saya tidak bermaksud mendalaminya. Saya juga tidak bermaksud membela profesi dokter. Hanya harus disadari bahwa dokter juga sama-sama manusia. Makhluk yang bisa berbuat khilaf, salah dan dosa. Makhluk yang bisa marah, dan bisa juga lupa. Mungkin lupa daratan, tapi tidak boleh lupa ingatan.
Kalau kita bisa nafsu mengejar duit, kenapa dokter tidak boleh?
Kalau kita kecanduan Blackberry, kenapa dokter tidak?
Kalau kita pengen narsis, kenapa dokter tidak?
Kalau remaja kita suka nongkrong dan tertawa-tawa, kenapa dokter-dokter muda itu tidak boleh?
Kalau ada di antara kita yang gaulnya eksklusif dan pilih-pilih teman, apa alasannya bahwa sifat demikian tidak mungkin tidak ada pada dokter?
Kalau kita yang mungkin cuek melihat orang-orang sekitar kita, mengapa tidak mungkin dokter juga bisa seperti itu.
Kalau kita bisa melakukan kesalahan fatal, apa dasar keyakinan kita bahwa dokter tidak mungkin melakukan kelalaian medik atau malpraktik?
Kalau kita mata keranjang, kenapa tidak mungkin dokter juga bisa seperti itu?
Selama dokter itu masih berwujud manusia, dia adalah makhluk dengan segala kelemahannya. Jas putih yang dikenakannya itu bukanlah jaminan bahwa hatinya setulus putih. Dokter tidak bebas dari dosa.