Mohon tunggu...
Sugeng Abdullah
Sugeng Abdullah Mohon Tunggu... Dosen - Mengaku sebagai Sanitarian Indonesia. Ia adalah tipe orang desa yang tidak mau ketinggalan jaman, meskipun kenyataannya selalu ketinggalan. Memiliki latar belakang pesantren (Tebuireng), Kesehatan Lingkungan (SPPH,APK Purwokerto), Keguruan (IKIP Semarang), Teknik Lingkungan (ITS Surabaya)dan Ilmu Lingkungan (UGM Yogyakarta). Ia juga sebagai Dosen di Program Studi D3 dan D4 Kesehatan Lingkungan Purwokerto. Pernah diberi tugas tambahan sebagai Ketua Unit Bengkel Kerja, Koordinator II Bidang Kemahasiswaan, Ketua Program Studi, Ketua Jurusan, Anggota Senat Poltekkes. Penerima Penghargaan Satya Lencana Karya Satya dari Presiden SBY dan Jokowi. Aktif di organisasi HAKLI, APTKLI, MTKP, Koperasi dan Sosial Keagamaan

asli orang desa yang tidak mau ketinggalan jaman, meskipun kenyataannya selalu ketinggalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Khusnudzon Itu Penting, tapi Harus Waspada

4 November 2015   10:11 Diperbarui: 4 November 2015   11:03 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selasa (3 November 2015) saya transfer ke anak saya untuk biaya kuliah melalui fasilitas sms banking bank bni. Sms balasan dari 3346 menyatakan “Transaksi anda tidak dapat diproses karena saldo Anda tidak cukup”. Kemudian saya cek saldo via sms banking, dan ternyata uang saya habis tinggal saldo minimal. Mendadak saya berdebar, gemetar dan keringat dingin. Sejenak kemudian saya bergegas ke bank bni untuk minta klarifikasi mangapa hal itu terjadi.

Customer service bank bni mengecek dan menyatakan benar bahwa saldo tabungan habis. Saya Tanya mengapa itu terjadi ? padahal saya tidak melakukan transaksi pengeluaran sama sekali. Customer service kemudian mencetak buku tabungan saya, disitu tercetak saya ambil uang via atm di Yogyakarta (pada 28/10/2015 dst ) sampai dengan uang habis. Kemudian customer service pinjam kartu atm saya untuk di cek, dan ternyata kartu atm-nya bukan kartu atm saya, tapi kartu atm orang lain. Disini saya baru sadar bahwa saya telah DIPERDAYAI orang jahat. Customer service meminta saya untuk mengingat kejadian apa yang dialami ketika di Yogyakarta beberapa waktu lalu.

Kronologi kejadiannya adalah sbb. :

28 oktober 2015 jam 05.10 saya keluar hotel Grand Tjokro Gejayan Yogyakarta untuk jalan-jalan pagi sampai kampus UGM, kemudian balik ke hotel. Sampai depan hotel saya di sapa oleh orang yang mengaku turis dari Suriname bernama Sujiwo. Sujiwo bertanya dan minta diantar ke masjid Syuhada, untuk mengantar sumbangan keuangan wasiat dari ayahnya yang sudah meninggal. Saya keberatan karena jam 07.00 saya sudah ada kegiatan. Sujiwo kemudian menunjuk seseorang yang lewat, sambil berkata coba minta bantuan orang itu. Kemudian saya penuhi. Saya panggil orang tersebut, dan saya katakan : ”ini orang suriname minta tolong diantar atau di tunjukan ke masjid Syuhada”. Orang tersebut mengenalkan diri bernama Hendra, seorang notaries asli wonogiri tinggal di Sleman.

Hendra kemudian mengajak saya mengantarkan Sujiwo ke masjid syuhada dan berjanji sebelum jam 7 saya sudah bias kembali ke hotel. Akhirnya saya ikut ke mobil Rush warna hitam menuju masjid syuhada bersama Sujiwo dan Hendra. Sampai di masjid Syuhada, Sujiwo memotret suasana masjid dan kemudian berkata : “ini masjid sudah bagus, jadi tidak perlu di kasih sumbangan”.

Dalam perjalan terjadi obrolan yang hangat-bersahabat. Intinya Sujiwo akan memberikan sumbangan untuk pembangunan masjid dan minta bantuan kepada saya dan Hendra untuk menampung uangnya. Saya pasif, Hendra sempat bertanya uangnya sekarang dimana? Sujiwo menjawab bahwa ia dimarahi fihak kedutaan bila bawa uang tunai dalam jumlah besar. Ia mengaku membawa 1 milyard. Fihak kedutaan kemudian memasukkan uang Sujiwo ke bank BRI, dan sujiwo cukup membawa kartu ATM.

Sujiwo minta diajari cara menggunaan kartu ATM. Sujiwo minta kepada Hendra dan saya untuk menunjukan bahwa kami masih punya rekening dan kartu ATM yang masih aktif. Kata Sujiwo akan segera mengirim ke rekening tersebut. Saya masih pasif, tapi Hendra sangat bersemangat. Hendra bilang : “Beruntung Sujiwo ketemu orang seperti kita, bayangin kalau ketemu orang jahat. Mungkin Sujiwo diperas habis”. Kemudian kami sampai di sebuah ATM BRI di daerah Karangmalang UNY. Kami turun dan Hendra mengajari Sujiwo menggunakan kartu ATM BRInya. Sujiwo memasukkan kartu ATM ke mesin ATM kemudian memasukan PIN 636363.

Kemudian cek saldo. Dan saya lihat saldonya 999 juta. Sujiwo bersungut, mengapa tidak genap 1 milyard. Hendra menjelaskan mungkin sudah dipotong biaya administrasi. Giliran sujiwo minta pada Hendra untuk menunjukkan kartu ATMnya masih aktif. Hendra nurut, dan cek saldo ada 130an juta. Kemudian saya diminta hal yang sama, saya cek saldo ada 8,9 juta. Sujiwo tampak puas dan akan menemui saya di hotel nanti malam untuk membicarakan bagaimana baiknya menyalurkan uang 1 Milyard untuk bantuan masjid di Jawa. Kemudian saya diantar balik ke hotel Grand Tjokro Gejayan tepat sebelum jam 7. Kami berpisah layaknya sahabat sesama muslim.

Malam harinya, ternyata Sujiwo dan Hendra tidak datang ke hotel menemui saya. Sujiwo juga tidak menelpon saya. Saya sama sekali tidak curiga. Saya selalu berusaha untuk bisa khusnudzon (berprasangka baik). Saya juga tidak merasakan apa-apa. Sampai kemudian pada hari Selasa (3 Nop 2015) jam 10an  di BNI KLN Unsoed Purwokerto, Saya baru sadar SAYA DI RAMPOK. UANG SAYA DI ATM DIKURAS HABIS. Saya tidak menyesal berusaha selalu khusnudzon, hanya saja saat itu saya tidak waspada. Saya yakin, dibalik musibah ini pasti ada hikmah yang luar biasa bagi saya. Yang masih menyisakan pertanyaan bagi saya : BAGAIMANA KARTU ATM SAYA BISA DITUKAR dan BAGAIMANA MEREKA TAHU PIN SAYA.

Sedikit saran untuk teman-teman.

  1. PASTIKAN KARTU ATM ITU MILIK ANDA SEGERA SETELAH SELESAI TRANSAKSI DI ATM
  2. KHUSNUDZON PENTING DAN WASPADA JUGA PENTING
  3. BERITAHUKAN KEPADA TEMAN YANG LAIN AGAR MEREKA LEBIH WASPADA, SEHINGGA TIDAK MENJADI KORBAN KEJAHATAN BERIKUTNYA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun