USIA BOLEH MENUA, SEMANGAT MUDA JANGAN BINASA!
Oleh : Sugeng Winarno, drg.
JENDERAL bintang empat penuh dari USA, Mac Arthur, selain terkenal dengan pengalaman tempurnya di jaman perang dunia pertama, kedua dan perang korea, juga dikenal melalui slogan yang diucapkan di depan Konggres yang kemudian menginspirasi orang-orang penting sesudahnya di penjuru dunia, Old soldiers never die, they just fade away” katanya.
Mungkin itulah slogan yang juga tepat untuk para purnawirawan di daerah Perumnas Depok Satu, Kelurahan Depokjaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. Ada belasan orang yang melakukan kegiatan rutin setiap pagi selepas sembahyang subuh hingga sekitar jam setengah sembilan pagi. Yaitu cabang olah raga yang melambungkan nama Indonesia di dunia internasional, badminton, yang dilaksanakan di lapangan terbuka di tengah kompleks tersebut. Mereka tergabung dalam wadah organisasi PB. Irian Jaya, yang menurut ingatan sudah mereka bangun sejak tahun 80 an, puluhan tahun yang lalu. Sekedar pengingat, perumnas depok I adalah model percontohan perumahan rakyat yang pertama kali dikerjakan oleh PT Perumnas di Indonesia, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1976.
Uniknya lagi adalah, usia mereka rata-rata sudah diatas 60 tahun, bahkan ada beberapa yang di atas tujuhpuluh tahun, tetapi mereka masih sanggup berolahraga yang satu ini, yang notabene memerlukan perpaduan kemampuan dan ketrampilan fisik yang prima mulai dari mata, kaki, tangan, dan pernafasan. Mereka adalah para pensiunan guru, TNI, wartawan, pegawai BUMN dan lain-lain. Seolah tidak mau kalah dengan Mac Arthur, mereka juga memiliki slogan, tiada hari tanpa badminton. Bahkan, pada musim hujan begini pun, meskipun lapangannya basah akibat guyuran hujan semalaman, mereka tidak segan-segan untuk menyapu dari daun dan ranting yang mengotori lapangan berbeton dan bercat hijau itu dan mengepelnya hingga kering.
Dalam setahun hanya libur pada hari Raya Idul Adha dan Fitri, karena sebagian besar mereka adalah Muslim. Bahkan pada bulan Ramadlan pun, sehabis shalat tarwih ada juga yang main bulutangkis ini. Bila dihitung secara matematis, dalam satu tahun kurang dua hari dikalikan tiga jam dalam seharinya, maka akan diperoleh waktu bermain 1089 Jam! Luar biasa! Fenomena ini adalah murni, tanpa rekayasa, tanpa komando, tetapi mereka sadar memang butuh wahana untuk bersosialisasi dan rekreasi, sekalipun harus merogoh kantong masing-masing untuk saweran seikhlasnya.
Semangat para purnawirawan tersebut perlu ditularkan kepada para anak-anak, remaja, anak muda, serta dewasa yang saat ini memiliki kecenderungan lebih banyak menghabiskan waktunya di depan komputer atau warung internet yang tumbuh subur hingga ke gang-gang pelosok perumahan. Jarang mereka memanfaatkan waktu senggangnya untuk bersosialisasi melalui kegiatan olah fsik dan lain-lain di area publik yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Padahal sudah lama diketahui bahwa, penyakit tidak menular (PTM) seperti stroke, hipertensi, diabetes, kanker, penyakit paru kronis adalah penyebab kematian terbesar di Indonesia (Riskesdas, 2007). PTM dipicu berbagai faktor risiko antara lain merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat. Dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa 34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik.
Peningkatan PTM ini sudah pasti berdampak negatif pada perekonomian keluarga karena kurangnya kemampuan untuk berkompetisi danhilangnya produktivitas. Adalah menjadi tugas pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan kita semua sebagai warga, melalui pengembangan merekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Lebih dari itu, sebenarnya kita sangat berharap dari pemerintah daerah terkait dengan amanat undang-undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik, dimana bupati/walikota memiliki tugas yang salah satunya adalah pembinaan kawasan publik yang sehat dan nyaman. Ujung dari kebijakan ini adalah agar tercipta sebuah harmoni kehidupan. Yaitu, hidup yang selaras dengan lingkungan, terbangunnya komunikasi dengan teman sebaya, dengan para orang yang lebih tua atau sebaliknya, sehingga terbentuk sebuah sistem kemasyarakatan yang sehat.
Area publik merupakan sarana yang sangat diperlukan bagi warga, terutama di daerah perkotaan, sebagai tempat untuk berekspresi dan berinteraksi antar warga yang merupakan syarat utama hidupnya sebuah sistem sosial kemasyarakatan. Karena di sanalah akan ada nilai tambah keberkahan, sebagai akibat terjadinya kesalinghubungan yang positif itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H