Kalau dua hari yang lalu berkutat pada kegiatan komite sekolah, rapat perdana dilanjut rapat dengan orang tua wali peserta didik SMP.
Hari ini minggu kemarin disibukan dengan dunia otomotif, hal ini mengundang denyut nadi pasion sekaligus jurusan saat mengenyam bangku SMK dulu.
Anak sudah mengenyam pendidikan SMP, otak kanannya mulai jalan dengan mencoba dan berkreasi pada roda tunggangannya. Dibekali SPM Vario 150 cc Tahun 2018, dua bulan masuk sekolah sepeda motor tampilannya mulai berubah. emblem timbul tulisan Vario 150 hilang, sokbreker depan dijeblos ceper 2 cm walhasil saat jalan bunyi klek klek.
Sebagai orang tua saya geram dengan kelakuan anak saya. Namun saya teringat masa SMP dulupun sama seperti itu, bedanya saya dulu pinjam motor dari kakak saya. Minta dibeliin motor ke orang tua tidak ujung dikasih hingga saat ini.
Flashback aja, mungkin ini yang dirasa orang tua saya dulu saat saya bandel oprak oprek motor tapi bukan milik sendiri.
Dari sana saya merasa bersyukur anak bisa naik motor milik orang tua sendiri tidak pinjam.
Rasa kesal tetap ada lah wong motor bener ko dipreteli sampai sampai saya ngomel ngomong, kalau gitu sekalian aja rodanya dicopot sambil menampakan muka kesal ke anak saya.
Spion terhitung sudah dua kali ganti, bodi kepala disela sela konektor terdapat bekas congkelan sekarang kondisi motor sudah tidak mulus lagi. Huh...
Belakangan selalu saja emosi dengan anak, perlahan saya arahkan supaya tidak kebablasan dengan cara mengikuti aspirasi anak sewajarnya saja jika permintaannya diambang batas, jelas saya tidak akan memberikan apa yang diinginkan anak saya.
Kembali soal tes uji jurusan masa smk, kali ini anak saya COD lampu variasi rem belakang. Anak minta dipasang, saya berpikir masih ingat tidak jalur arus kelistrikan pada sepeda motor.