Mohon tunggu...
Sucen
Sucen Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup itu sederhana, putuskan dan jangan pernah menyesalinya.

Masa depan adalah Hari ini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kematian adalah Pintu Menuju Kehidupan Selanjutnya

15 Agustus 2020   12:25 Diperbarui: 15 Agustus 2020   12:45 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah keniscayaan bahwa semua yang hidup bakal mengalami kematian, di awali 1.000 hari pertama masa kehidupan dan berakhir sampai le liang lahat.

Berbagai macam peristiwa dialami manusia menangis saat pertama kali lahir kedunia entah teriakan tanda apa sehingga bayi menangis mungkin itu adalah tanda bahwa begitu kerasnya kehidupan di dunia, mungkin secara medis teriakan bayi adalah wajar srbagai reaksi awal sekaligus menandakan bahwa sang jabang bayi lahir normal.

Kala usia mendekati 40 minggu sudah tidak memungkinkan jika perut sebagai tempat kehidupan maka secara alamiah dan kodrat jabang bayi akan meronta mencari jalan keluar.

Fase seminggu pasca persalinan sejak kehidupan dunia dimulai pelan pelan menampakan perlakuannya dari sakitnya disuntik imunisasi, ditindik bagi bayi perempuan dan sakitnya dikhitan bagi anak laki-laki. 

Sakit itu nyata tak pandang bayi maupun anak kecil maka tak heran banyak orang apalagi anak takut akan jarum suntik, kecil bentuknya namun trauma yang ditimbulkan olehnya cukup berpengaruh sampai ke alam bawah sadar.

Itu bisa dianggap permulaan mau tidak mau suka tidak suka setiap jasad hidup pasti melaluinya. Inilah kehidupan dunia semua bisa jadi cerita pelik rumit penuh skenario tapi tak tertebak.

Beranjak dewasa mulai kenal rasa hati mulai berfungsi selain sebagai penetralisir racun tubuh juga tempat ratapan rasa kecewa sesek tapi bisa bernafas, menderu tapi tak bergetar rasa yang terkontaminasi hebat saat dikecewakan apalagi diduakan gerrrrr menangis tapi tak keluar air mata.

Seiring berjalannya waktu dan usia, bentuk fisik dan olah pikir seraya berkembang mengimbangi alam semesta menempa.

Dewasa maka persoalan kompleks yang ada dari pergaulan demi pergaulan jika tempaan waktu belia berdasar ketuhanan dan tertata, ketika beranjak dewasa akan indah tidak terbawa arus hitam. Dalam perjalanannya, pada fase ini seseorang akan berpetualang mencari jati dirinya.

Cerita kehidupan takan pernah habis, pendek sekali jika ditulis dalam waktu 2 hari atau satu tahun sekalipun.

Yah kita tidak akan pernah tahu kapan akan memasuki kehidupan setelah kematian maka cerita ini hanya pada sampai ketika kita hidup saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun