Undang-undang aturan dibuat terus seiring perkembangan isu, ide dan gagasan. Maka yang terjadi adalah jika didalam kepemimpinan maka lain pemimpin lain aturan.
Isu bahkan fakta yang terjadi saat ini yaitu wabah corona dalam penanganannya ternyata tak semudah yang kita bayangkan banyak aspek dan kepentingan didalamnya dirasa komplek makanya dibuatlah aturan. Aturan dimaksudkan agar penanganan suatu permasalahan tidak menimbulkan efek domino yang berarti, namun tetap saja setiap aturan yang dihasilkan atau diundangan tak sedikit yang kemudian menimbulkan kontroversi pro dan kontra.
Kehidupan ini memang rumit, dengan minimnya kesadaran dan rasa tanggungjawab sebagai warga negara, acapkali aturan pemerintah tidak sedikit orang yang tidak mengindahkan.
Layaknya Orang Tua
Pemerintah membuat aturan ini itu tentu dengan segala pertimbangan dampak sebab akibat sudah dipikirkan matang yang pada hakikatnya agar warganya bisa hidup dengan baik tanpa ada masalah yang berarti dikemudian hari. Orang tua mengatur anaknya karena para orang tua tahu betul seluk beluk kehidupan yang mereka alami .
Adapun ada saatnya orang tua melarang anaknya untuk melakukan hal yang dirasa tidak baik sering disalah artikan, dianggap orang tua tidak sayang pada anaknya.
Wabah Corona semakin menggila itu dibuktikan dengan terus bertambahnya kasus terkonfirmasi dan kasus meninggal dunia.
Dengan begitu bisa diartikan bahwa orang tua dalam hal ini adalah pemerintah tutur sembur dan pituturnya belum sepenuhnya diindahkan oleh anaknya (Masyarakat), imbauan terus dikumandangkan setiap waktu, berita duka kian membuat kita pilu, para petugas kesehatan sebagai garda terdepan merasakan dilema yang begitu kuat.
Mereka (Nakes) dalam keadaan sehat bukan tidak mungkin ketika keseharian mereka bercibaku dengan virus yang sedang diperangi karena minimnya tenaga dan banyaknya pasien, kondisi mereka sangat rentan terkonfirmasi. Tak heran jika ada laporan 140 Nakes dinyatakan positif corona.
Tugas mereka serasa tidak didukung oleh orang diluar sana dengan ikut bahu membahu memutus penularan covid ini, hal ini terlihat jelas ketika imbauan pemerintah agar melakukan sosial distancing, physical distancing, memakai masker, cuci tangan pakai sabun hanya dijadikan hiasan majalah dinding dibaliho dan banner yang terpampang dijalan fasilitas pelayanan publik. Sementara pasar, swalayan, dan tempat perbelanjaan ramai seperti biasa.Â
Kesan bandel benar melekat pada mereka yang masih saja tidak mengindahkan imbauan pemerintah, mungkin jika dihadapkan atau secara langsung ditugaskan sebagai petugas kesehatan baru bisa menyadari betapa berat tugas mereka (nakes.red).
Bagi pengusaha yang patuh tentu akan melaksanakan imbauan pemerintah ambil contoh warung makan cepat saji yang penulis kunjungi, di luar terpasang baliho atau banner pengumuman bahwa rumah makan ini hanya melayani pembelian paket take away artinya hanya boleh pesan dan dibungkus untuk dibawa kerumah tidak boleh makan ditempat, terlihat juga kursi makan dan mejanya dirapatkan bahkan ada yang posisinya terbalik numpuk diatas meja.
Kondisi ini dianggap berat bagi mereka (pengusaha rumah makan) selain omset penghasilan turun pundi rupiah tentu ikut menurun namun daripada ditutup, pelayanan tetap berjalan. Sebagai bukti kepatuhan protokol kesehatan dijalankan didepan kasir tersedia masker dengan promo beli 2 dua paket bosa tebus masker harga 10 ribu cukup dengan 3.500 rupiah saja. Terpasang juga tirai pembatas terbuat dari plastik yang dibentangkan agar sewaktu-waktu ada pelanggan bersin droplets cairan liur tidak mengenai kasir sehingga penularan virus bisa dihindari.
Yuk dukung pemerintah dengan bersama lawan corona. Dirumahaja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H