Mohon tunggu...
Sucen
Sucen Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup itu sederhana, putuskan dan jangan pernah menyesalinya.

Masa depan adalah Hari ini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi 3, 7, 40, 100, dan Mendak di Desa

11 Februari 2020   23:09 Diperbarui: 17 Juni 2021   07:24 10428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara tahlilan dok. nu.or.id

Tradisi tahlilan ketika ada kerabat keluarga handai taulan atau warga desa meninggal dunia, secara turun temurun dilakukan di desa.

Sudah menjadi adat jawa, bahwa tahlilan selalu diadakan bagi kaum nahdliyin yaitu acara doa bersama yang tujuannya mendoakan orang yang baru saja meninggal, acara ini dilakukan dimulai hari 1 s/d 7 hari kemudian 40 hari, 100 hari dan 1 tahun kematian, atau orang jawa bilang "mendak" yaitu memperingati 1 tahun atas meninggalnya seseorang.

Baca juga: Tradisi Tahlilan di Masyarakat Indonesia Memiliki Hikmah Luhur

Acara biasanya dipimpin oleh pemuka agama di desa dalam hal ini adalah lebe (jabatan perangkat desa yang khusus menangani kematian). 

Didahului pembukaan atau muqodimah sesekali lebe memberikan ceramah sebagai wujud saling mengingatkan kepada sesama, acara seperti ini melibatkan sanak saudara dan mengundang tetangga lingkungan.

Baca juga: Tahlilan, Instrumen Peningkatan Solidaritas Sosial Masyarakat Dusun Curahleduk Banyuanyar Kalibaru

Pembacaan doa dimulai dengan hadroh hadiah fatihah ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, para sohabat dan keluarga Nabi, hadiah fatihah untuk almarhum, keluarga almarhum, anak dan keluarga almarhum ditutup dengan bacaan umul kitab. Tahlil dan bacaan surat yasin hingga selesai.

Tahlilan sebagai wujud kebersamaan dalam segala hal terutama cara lingkungan desa dalam berbela sungkawa, bukan maksud hura-hura tetapi sebagai wujud saling berterima kasih maka ketika keluarga kita didoakan, sebaliknya keluarga yang didoakan akan memberikan ube rampe alakadarnya.

Baca juga: Tata Cara Tahlilan dan Maknanya untuk Menyempurnakan Kematian Manusia

Suasana kekeluargaan yang hanya ada di kaum Nahdliyin Nahdlatul Ulama.

Dipercaya bahwa mahluk hidup butuh makan, makanan didunia kala hidup adalah makanan yang berupa makanan seperti nasi, buah dan segala sesuatu yang mengenyangkan. Sedang di alam akhirat makanannya adalah berupa doa dan bacaan Al-Qur'an, hal ini pula dijadika sebagai acara keluarga dalam memperingati hari kematian keluargannya dipercaya untuk memberikan makan kepada mereka yang sudah meninggal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun