Mohon tunggu...
Sucen
Sucen Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup itu sederhana, putuskan dan jangan pernah menyesalinya.

Masa depan adalah Hari ini.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gas Pol ke Bromo

12 Januari 2020   15:46 Diperbarui: 12 Januari 2020   15:47 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Digadang 3 tahun lalu, rekan Perangkat Desa berkeinginan wisata ke Gunung Bromo. Dengan segala kesibukan yang dilalui akhirnya pada Jum'at, (10/01/2020) kami putuskan berangkat menuju Bromo.

Persiapan demi persiapan dilakukan mulai dari serching, googling rute dan hal-hal yang perlu diperhatikan saat berwisata disana (bromo.red). Informasi yang diperoleh bahwa kondisi udara di bromo cukup dingin anatara 4-5 derajat celcius, maka perlu sweeter, jaket, kaos kaki dan lain-lain.

Perjalanan diawali pukul 14.00 wib dari desa Cenang, Songgom-Brebes masuk tol pemalang puuuus samapi di rest area 429 semarang dstinasi awal perjalanan rest area berada dibawah bukit arah jam 12 pintu masuk pemandangan tebing tinggi menjulang, warung bergaya kekinian berderet rapi terbuat dari besi baja kotak kontainer yang didesain apik.

Pujasera dan toko retail alfa dan indomaret wajib keberadaannya. Menu yang ditawarkan khas masakan semarang rasanya manis.

Masjid dengan arsitek minimalis cantik terlihat megah dengan kubah setengah lingkaran menutupi seluruh bangunan bak bola dibelah dua, terbuat dari rangka besi di depan masjid tertata hiasan tanaman bonsai.

Tepat pukul 18.00 setelah adzan berkumandang tanda panggilan sholat magrib kami serombongan bergegas ambil air wudlu dan sholat berjamaah. Lantunan imam saat membaca ayat Al-Qur'an begiru terasa sejuk sholat berjamaah dengan hikmat.

Karena perjalanan masih jauh kami sepakat sholat isa di jama qosor. Makan malam lanjut puuuuuuus laju elf long chasis berpenumpang 17 orang menuju Jawa Timur.

Sampai 249 kilometer setelah pemberhentian pertama tepat di Km 678 rest area tol mojosono Jawa Timur kami rehat sejenak buang limbah perut, 15 menit usai, lanjut perjalanan.

Pukul 02.15 waktu setempat sampailah di Desa Sukapura Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo Jawa Timur, kami disambut serombongan penjaja kupluk (penutup kepala berbahan wol), kaos tangan ditawarkan untuk bekal naik ke puncak bromo. Tak ketinggalan para supir jeep jasa angkut dimana moda transportasi untuk mengelilingi gunung bromo wajib menggunakan jeep 4x4.

Menurut penuturan Iksan selaku perantara bahwa di kawasan bromo ada 1.400 armada semua berjenis jeep hard top, biaya angkut pulang pergi 600 ribu plus tiket masuk 45 ribu untuk 4 destinasi, puncak sunrise, bukit teletubis, laut pasir bromo dan terakhir kawah bromo sebagai puncak kunjungan.

Puncak Sunrise

Terletak 1,6 kilometer dari pemberhentian pertama, jalur hanya bisa dilalui dengan jalan kaki dan berkuda. Jika ingin berkuda hendaknya tawar menawar dulu sebelum naik agar tidak terperanga saat banderol diluar ekspektasi. Sebelum puncak, pengunjung harus naik tangga 266 tangga hingga sampai pada titik puncak sunrise.

Kepuncak sunrise pengunjung lebih banyak pada jam menjelang subuh ini dilakukan agar tidak ketinggalan momen saat matahari terbit dari ufuk timur. Sensasi dari pendakian akan terbayar, manakala bisa menyaksikan matahari terbit dari puncak gunung. Momen terbaik jika berkunjung ke bromo yaitu pada bulan agustus, selain cuaca cerah pengunjung akan menyaksikan sunrise secara sempurna dan puas.

Lautan Pasir

Dari destinasi pertama perjalanan dilanjutkan ke tujuan ke dua yaitu lautan pasir dari puncak sunrise kira-kira berjarak 10 kilometer menuruni bukit berkelok, suguhan pemandangan lautan pasir saat masuk gerbang terlihat luas bentangan pasir dikelilingi gunung-gunung kecil. Turun dari jeep mata dimanjakan pemandangan gundukan pasir tak berumput hitam terbentang bersih tanpa sampah wow mata kembali ditakjubkan dengan hasil reka kekuasaan-Nya Tuhan Semesta Alam.

Momen langka ini tidak disia-siakan dengan jepretan kamera sana sini, berswa foto ria melepas penat didada.

Bukit Teletubies

Bergeser sedikit keselatan 5 kilometer atmosfer berubah dari hening menjadi silir semilir udara dingin menusuk tembus ke daging. Perubahan atmosfir rupanya berpengaruh pada kondisi lingkungan dari padang pasir ke dataran tinggi dipenuhi ilalang, persis di arah jam 12 dari pemberhentian pandangan disuguhi bukit berwarna hijau kekuningan cerah terkena pantulan sang mentari dari balik bukit. Kembali hanya potret yang bisa mengabadikan.

Kawah Bromo

Destinasi anti klimak kalau boleh saya sebut untuk Kawah Bromo, dikatakan anti klimak, ternyata kalau pengunjung tidak tahu dan baru pertama kali ke Bromo, Kawah Bromo harusnya jadi pilihan ke dua setelah puncak sunrise, penyesalan dan anti klimak kami rasakan karena ternyata kawah bromo inilah tujuan utamanya.

Menurut penuturan penyewa jasa kuda Tohir, " dari sini jaraknya 3 kilometer sebelum puncak ada tangga 250 anak tangga yang harus dilalui untuk sampai dipuncak tepi kawah bromo, pemandangan yang disuguhkan adalah kawah gunung bromo yang mengepul ke atas dan sunrise " Katanya. Wow amazing yah hmmm

Berjarak 3 kilometer ditempuh dengan jalan kaki atau berkuda andai saja stamina kami saat itu memungkinkan, sudah pasti kami sambangi dan tidak terlewatkan. tenaga sudah kami kerahkan saat naik di puncak sunrise. Sampai di kawah bromo tentu tinggal sisa-sisa tenaga. Padahal dilihat dari jauh angan sudah sampai disana namun apalah daya tenaga sudah habis. Hhhhhh menggerutu yang ada.

Indahnya panorama sampai kami lupa bahwa kami adalah mahluk Tuhan dan lupa kewajiban sebagai seorang hamba.

Walau hanya pesona alam, keindahan bromo membuat kita takjub akan kebesaran-Nya Tuhan Semesta Alam.

Meski ada yang terlewat, terbayar sudah penantian kami berwisata ke bromo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun